Melihat sesuatu atau menonton sebuah peristiwa yang memanjakan mata, mengaduk pikiran dan membiarkan fantasi lepas. Nonton film adalah salah satu medianya. Menonton film menjelma menjadi sebuah kebutuhan 'sekunder' pada masa kekinian oleh masyarakat yang berlabel modern.Â
Beragam motivasi dari maksud dan tujuan menonton film. Prestise, sensasi, hiburan dan edukasi. Genre film yang ditonton pun menawarkan variannya. Action, romantis, petualangan, horor, sains  dan yang bergenre ilegal yaitu porno dan film terlarang untuk beredar.
Pilihan rasa ibarat makanan dan minuman yang menawarkan menu hidangannya. Aktifitas menonton diminati oleh kalangan tua, muda maupun anak-anak. Â Media untuk menonton pun semakin berkembang pesat. Melalui media, televisi, internet maupun bioskop. Bioskop salah satu media yang cukup tua namun masih memiliki peminat yang banyak. Mungkin ini disebabkan oleh sensasi yang ditimbulkan karena gambarnya besar seolah terlihat jelas dan dengan jumlah mata yang menonton banyak serta suara yang menggelegar. Padahal untuk menghadirkan suasana bioskop ke dalam rumah bisa dengan mini theater.Â
Bioskop merupakan salah satu media entertain marketing dalam perfilman. Anak-anak salah satu pangsa pasar yang signifikan. Usia yang haus akan hiburan serta rasa ingin tahu yang antusias.Â
Suguhan film pun memenuhi ranah fantasi mereka. Namun ketika film yang dipilih itu tidak bersesuaian dengan usia dan perkembangannya. Inilah yang menjadi problem yang harus disikapi dengan seksama. Apalagi ketika mereka terlihat antri di depan loket bioskop untuk menonton film, misalnya film horor.Â
Film yang memberikan sensasi ketegangan dan rasa takut hingga imajinasi kengerian merasuk para penontonnya. Kehadiran anak-anak di bioskop tidak serta merta hadir dengan sendirinya.Â
Biasanya mereka hadir bersama kawan-kawannya atau orang dewasa dalam hal ini orang tuanya. Fenomena masyarakat modern mengenalkan 'ruang publik hiburan' sebagai bagian dari gaya hidup.Â
Film horor, film yang secara sistematis mengaktifkan kengerian ketakutan dalam satu waktu sebagai nilai jual  dari film horor tersebut.  Film horor adalah hiburan sesaat yang mengaduk adrenaline penontonnya dan memberi stigma bahwa dalam  hidup hal yang mengerikan dan menakutkan bagian dari kehidupan yang nyata.Â
Konsumsi pikiran masyarakat Indonesia yang kian viral mewarnai dunia perfilman Indonesia. Mengadopsi kisah horor yang melegenda. Kisah yang hidup dari masa ke masa divisualisasikan. Â
Pantas tak pantasnya sebuah tontonan pada anak, haruslah memiliki batasan untuk menonton hal-hal yang baik dan positif sesuai tingkatan umur dan konsumsi pikir dan psikisnya.Â
Kecerdasan orang tua dalam mendidik dan mengarahkan sangat diperlukan. Â Menanamkan rasa pada setiap aspek kehidupan akan menjadi bekal sang anak untuk mengarungi hidupnya kelak.Â