Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingkah Saya? Sebuah Wacana tentang Perasaan yang Terabaikan

1 November 2024   16:17 Diperbarui: 1 November 2024   16:32 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika dia marah atau kecewa karena sesuatu yang aku lakukan tanpa sadar? Aku berusaha mengingat kembali setiap kata terakhir yang kami tukar, setiap percakapan yang mungkin meninggalkan kesan buruk.

Namun, semuanya terasa biasa, tak ada percikan konflik yang jelas. Hanya kebisuan ini yang tumbuh menjadi celah lebar, seperti tembok yang tak terjangkau.

Atau mungkin, lebih mengerikan lagi, dia benar-benar tidak peduli. Mungkin aku hanyalah bayangan yang tak punya tempat dalam harinya. Bayangan yang menanti, tapi tak pernah cukup berarti.

3. Sudut Pandang Seorang Sahabat

Melihat teman terbaikku, seseorang yang begitu hidup dan bersemangat, kini tenggelam dalam kesedihan hanya karena pesan tak terjawab, membuatku kesal.

Kupikir, "Mengapa kamu harus menyiksa diri seperti ini?" Dunia ini luas, orang-orang sibuk, dan tak semua hal bisa dipersonalisasi seburuk itu.

"Hei, ayolah," aku mencoba menghiburnya, "Bisa saja dia benar-benar sibuk. Dunia ini tidak berputar hanya untuk kita."

Tapi di dalam hati, aku tahu aku juga mulai mempertanyakan mengapa seseorang bisa begitu cuek. Apakah itu hanya sebuah kebetulan, atau memang ada alasan tersembunyi di balik keengganannya?

Aku ingat pernah berada di posisi itu. Posisi di mana pesan-pesan yang dikirim tak pernah dibalas, di mana penantian menjadi rutinitas yang menyiksa. Merasa diabaikan oleh seseorang yang penting membuat kita mempertanyakan diri sendiri.

Kadang, kita harus menyadari bahwa tidak membalas bisa berarti berbagai hal---tidak semuanya buruk, meski tak semuanya melegakan.

Sebagai sahabat, aku merasa tugasku untuk mengalihkan perhatiannya, membawanya kembali ke realita di mana ia tahu bahwa dia tetap berharga, bahkan jika seseorang yang diharapkannya tidak bisa memberikan respons yang diinginkan. Tapi kata-kata tak selalu cukup; hati punya jalannya sendiri dalam menafsirkan diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun