Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Penipuan di Tiktok Pakai Wajah Baim Wong

8 Oktober 2024   23:59 Diperbarui: 9 Oktober 2024   02:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fenomena penggunaan wajah selebriti untuk tujuan penipuan di media sosial bukanlah hal baru, namun munculnya kasus-kasus seperti penggunaan wajah Baim Wong, seorang aktor dan tokoh publik di Indonesia, untuk penipuan di Tik Tok menunjukkan bagaimana para penipu semakin kreatif memanfaatkan teknologi digital.

Di bawah ini, akan dianalisis lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa wajah Baim Wong sering digunakan dalam kasus penipuan, terutama di platform seperti Tik Tok, serta dampaknya terhadap masyarakat dan solusinya dari perspektif ilmiah.

1. Popularitas dan Reputasi Baim Wong di Indonesia

Baim Wong adalah salah satu selebriti Indonesia yang memiliki popularitas tinggi. Ia dikenal tidak hanya melalui peran-perannya di dunia hiburan, tetapi juga sebagai YouTuber dan influencer.

Pengaruh Baim di media sosial, terutama melalui kanal YouTube-nya yang berjudul Baim Paula, telah menjangkau jutaan pengikut. Popularitas yang besar membuat sosok Baim Wong mudah dikenali oleh masyarakat umum, bahkan oleh orang yang mungkin tidak mengikuti aktivitasnya secara dekat.

Para penipu sering kali menargetkan selebriti atau tokoh publik yang memiliki reputasi baik dan dikenal luas karena ini meningkatkan kepercayaan dari korban potensial.

Baim Wong, yang dikenal memiliki citra positif di mata publik, terutama melalui kegiatan filantropinya seperti membantu orang miskin atau memberikan kejutan kepada orang-orang biasa, menjadi sasaran empuk bagi penipu.

Mereka memanfaatkan reputasi baik Baim Wong untuk menipu orang-orang yang percaya bahwa ia benar-benar terlibat dalam kegiatan yang dipromosikan oleh akun palsu.

Selain itu, penipuan dengan menggunakan wajah tokoh publik yang disukai masyarakat memanfaatkan apa yang disebut dalam psikologi sebagai heuristic processing, yaitu cara berpikir cepat berdasarkan petunjuk sederhana seperti popularitas atau kepercayaan terhadap figur publik tanpa melakukan analisis mendalam.

Penggunaan wajah Baim Wong memberi kesan bahwa segala sesuatu yang dipromosikan di akun penipuan tersebut memiliki validitas dan otentisitas.

2. Media Sosial dan Algoritma Tik Tok

Tik Tok  adalah salah satu platform media sosial dengan pertumbuhan paling cepat di dunia, termasuk di Indonesia. Platform ini dikenal dengan algoritma For You Page (FYP) yang secara efektif menargetkan konten ke pengguna sesuai dengan preferensi mereka.

Sifat viral dari platform ini memungkinkan konten apapun untuk menjangkau jutaan pengguna hanya dalam waktu singkat, tanpa perlu memiliki banyak pengikut.

Para penipu memanfaatkan karakteristik ini dengan membuat akun atau video yang menampilkan wajah Baim Wong, dan kemudian dengan cepat menyebarkannya melalui algoritma Tik Tok  yang memungkinkan konten tersebut viral.

Ketika wajah Baim Wong muncul di FYP pengguna Tik Tok , mereka cenderung menganggap bahwa konten tersebut otentik, terutama karena wajah Baim sudah begitu dikenal.

Hal ini juga dipercepat oleh pola konsumsi konten yang cepat dan pendek di Tik Tok , di mana pengguna sering kali tidak mengecek keaslian informasi yang mereka lihat, karena lebih fokus pada hiburan instan.

Selain itu, Tik Tok  tidak memiliki verifikasi ketat terhadap penggunaan wajah selebriti, sehingga para penipu dengan mudah menggunakan video atau gambar dari internet yang kemudian digabungkan ke dalam skema penipuan mereka.

Hal ini menciptakan ilusi bahwa selebriti tersebut terlibat langsung, padahal kenyataannya mereka sama sekali tidak tahu menahu.

3. Teknologi Deepfake dan Manipulasi Visual

Salah satu faktor yang semakin memperburuk fenomena penipuan ini adalah kemajuan teknologi, terutama deepfake. Teknologi deepfake memungkinkan siapa saja dengan keterampilan dasar teknologi untuk memanipulasi video dan gambar, sehingga terlihat seolah-olah seseorang melakukan atau mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan.

Wajah Baim Wong mungkin telah dimanipulasi menggunakan teknologi deepfake untuk membuat konten video yang tampak otentik di Tik Tok . Teknologi ini membuat penipuan semakin sulit untuk dideteksi oleh orang awam karena kualitas manipulasi visual yang semakin realistis.

Pengguna Tik Tok  yang tidak memiliki pemahaman teknologi yang mendalam cenderung percaya dengan apa yang mereka lihat, apalagi jika itu menyangkut wajah selebriti terkenal seperti Baim Wong.

Teknologi deepfake telah menjadi ancaman serius di era digital, di mana identitas visual seseorang dapat diambil dan digunakan untuk tujuan yang merugikan. Ketika teknologi ini digabungkan dengan platform media sosial yang viral seperti Tik Tok, potensi kerugian bagi korban semakin besar.

Selain itu, penipuan semacam ini juga merugikan Baim Wong sebagai individu, karena merusak reputasi dan citra dirinya di mata masyarakat.

4. Kurangnya Literasi Digital Masyarakat

Salah satu penyebab utama mengapa penipuan dengan menggunakan wajah Baim Wong atau selebriti lainnya berhasil adalah rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat.

Meskipun Indonesia memiliki populasi pengguna internet dan media sosial yang besar, tingkat literasi digital atau pemahaman masyarakat mengenai cara kerja internet dan ancaman-ancaman yang ada di dalamnya masih tergolong rendah.

Sebagian besar pengguna Tik Tok, terutama yang berusia muda atau kurang berpengalaman dalam dunia digital, tidak memiliki pengetahuan atau kesadaran yang cukup untuk mendeteksi tanda-tanda penipuan.

Mereka tidak terbiasa untuk memverifikasi informasi atau akun sebelum mempercayainya, apalagi jika informasi tersebut disampaikan oleh figur publik yang mereka hormati dan kagumi.

Penipu memanfaatkan ketidaktahuan ini dengan menciptakan akun palsu atau konten yang seolah-olah datang dari Baim Wong, dan korban yang tidak memiliki kemampuan untuk memeriksa keaslian informasi tersebut sering kali langsung mempercayainya.

Dalam kasus-kasus seperti ini, para korban mungkin berpikir bahwa mereka sedang berinteraksi langsung dengan selebriti, padahal kenyataannya mereka sedang dimanipulasi oleh penipu yang lihai.

5. Aspek Psikologis: Kepercayaan dan Identifikasi Sosial

Dari perspektif psikologis, fenomena ini juga dapat dijelaskan dengan teori kepercayaan dan identifikasi sosial.

Ketika seseorang melihat tokoh publik yang mereka kenal dan sukai, seperti Baim Wong, mereka cenderung merasakan keterikatan emosional yang kuat.

Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya, terutama ketika selebriti tersebut dianggap memiliki karakter baik dan peduli kepada masyarakat.

Identifikasi sosial adalah kecenderungan individu untuk melihat diri mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar atau terkait dengan tokoh-tokoh publik yang mereka kagumi.

Dalam kasus Baim Wong, pengikutnya mungkin merasa bahwa mereka memiliki koneksi emosional atau sosial dengan Baim, dan ini membuat mereka lebih rentan terhadap penipuan yang melibatkan wajah atau nama sang selebriti.

Mereka mungkin percaya bahwa Baim Wong benar-benar menawarkan bantuan atau hadiah, karena mereka telah membangun hubungan emosional melalui konten-kontennya.

Selain itu, skema penipuan sering kali dirancang untuk memanfaatkan emosi korban, seperti keinginan untuk mendapatkan hadiah atau bantuan finansial, yang sering kali ditawarkan dalam penipuan semacam ini.

Ketika emosi seseorang sudah terlibat, rasionalitas mereka cenderung menurun, dan mereka lebih mudah dimanipulasi.

6. Dampak Sosial dan Ekonomi

Penipuan yang menggunakan wajah Baim Wong atau selebriti lainnya memiliki dampak sosial dan ekonomi yang luas. Dari segi sosial, fenomena ini menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap tokoh publik dan bahkan terhadap platform media sosial itu sendiri.

Jika terlalu banyak kasus penipuan seperti ini terjadi, masyarakat bisa menjadi skeptis terhadap informasi yang mereka temui di media sosial, yang pada gilirannya dapat merusak lingkungan digital yang seharusnya menjadi tempat berbagi informasi dan hiburan yang positif.

Dari segi ekonomi, korban penipuan dapat mengalami kerugian finansial yang signifikan. Penipuan seperti ini sering kali melibatkan permintaan uang dengan dalih sumbangan, investasi, atau transaksi online lainnya.

Ketika korban tertipu, mereka kehilangan uang, dan para penipu terus memutar siklus tersebut dengan menargetkan lebih banyak korban.

7. Solusi Mengatasi Penipuan di Media Sosial

Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya pendekatan yang komprehensif dari berbagai pihak, termasuk platform media sosial, pemerintah, selebriti, dan masyarakat umum.

    Peningkatan Sistem Verifikasi di Media Sosial

    Platform seperti Tik Tok  perlu mengembangkan sistem verifikasi yang lebih ketat untuk akun-akun yang mengklaim sebagai tokoh publik atau selebriti. Selain centang biru yang menunjukkan akun resmi, perlu ada metode yang lebih kuat untuk memastikan bahwa akun yang menggunakan identitas visual tokoh publik benar-benar sah.

    Edukasi Literasi Digital

    Pemerintah dan lembaga terkait harus secara aktif mengedukasi masyarakat tentang bahaya penipuan digital dan cara menghindarinya. Meningkatkan literasi digital, terutama di kalangan anak muda, sangat penting agar masyarakat lebih waspada dan mampu mendeteksi penipuan dengan lebih baik.

    Penggunaan Teknologi Anti-Deepfake

    Dalam menghadapi ancaman deepfake, pengembangan teknologi anti-deepfake harus menjadi prioritas. Ini termasuk pengenalan algoritma pendeteksi yang dapat mengenali video atau gambar yang telah dimanipulasi.

    Peran Aktif Selebriti dalam Klarifikasi

    Selebriti seperti Baim Wong perlu secara aktif mengeluarkan pernyataan atau klarifikasi terkait penipuan yang mengatasi namakan dirinya oleh norang yang tidak bertanggung jawab.

Langkah selanjutnya

Kita harus berhati-hati terhadap penggunaan media sosial, jangan kita langsung percaya dengan apa yang kita lihat. Karena itu mungkin saja tidak seperti yang terlihat. Apa yang kamu lihat itu belum tentu benar.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun