Marissa Haque, seorang aktris, politisi, dan ibu yang penuh kasih, selalu dikenal sebagai sosok yang penuh semangat.
Dia menjalani hidupnya dengan beragam peran: sebagai istri dari musisi Ikang Fawzi, ibu dari dua putri yang sangat disayanginya, sebagai dosen, serta sebagai publik figur yang aktif.
Namun, kehidupan yang terlihat penuh aktivitas dan kebahagiaan itu berubah drastis pada malam yang tak terlupakan, 2 Oktober 2024.
Hari itu, tak ada yang menyangka akan terjadi sesuatu yang begitu besar. Marissa, yang biasa menjalani kesehariannya dengan penuh energi, sempat bertemu dengan teman-teman dan rekan-rekan kerja, tersenyum, bercanda, dan melanjutkan rutinitas seperti biasanya.
Namun, di penghujung hari, sesuatu yang tak terduga mulai terjadi. Keluarganya mendapati Marissa tak merespons, seolah-olah seluruh energi dan jiwanya tiba-tiba terhenti. Meskipun mereka bergegas membawanya ke rumah sakit, rasa cemas sudah menyelimuti keluarga itu.
Pukul 00.43 WIB, dokter menyatakan bahwa Marissa telah tiada. Saat itu dunia terasa berhenti bagi keluarganya. Ikang Fawzi, yang setia mendampingi Marissa selama puluhan tahun pernikahan, merasakan kehampaan yang tak terlukiskan.
Baginya, Marissa adalah cinta sejati, sahabat yang selalu setia mendampingi dalam suka dan duka. Keduanya telah melalui berbagai fase kehidupan, dari awal karier yang cemerlang di dunia hiburan hingga perjalanan bersama di ranah politik dan sosial.
Namun, takdir menuliskan akhir kisah mereka dengan cara yang begitu mendadak dan menyakitkan.
Bagi Ikang, kepergian Marissa bukan hanya kehilangan seorang istri, tetapi juga kehilangan separuh jiwanya. Ia dikenal sebagai pria yang selalu setia mendukung Marissa dalam setiap langkah karier dan kehidupan pribadi.
Saat Marissa memutuskan untuk terjun ke dunia politik, Ikang berdiri di sisinya, menguatkan dan menjadi pendukung terbesarnya. Saat Marissa memilih untuk kembali aktif di dunia pendidikan dan sosial, Ikang tetap berada di sisinya, memastikan bahwa mereka selalu saling menopang.
Kini, tanpa kehadiran Marissa, Ikang harus belajar menjalani hidup seorang diri. Ada kenangan yang membekas di setiap sudut rumah, di setiap tawa yang mereka bagi, di setiap perjuangan yang mereka hadapi bersama.