AI tidak bisa menggantikan empati, pemahaman emosional, dan bimbingan moral yang diberikan oleh guru. Dalam pendidikan, aspek-aspek ini sangat penting untuk membentuk siswa menjadi individu yang bertanggung jawab dan berintegritas.
Ketika AI digunakan secara berlebihan dalam pembelajaran, interaksi manusiawi yang seharusnya memperkaya pengalaman pendidikan bisa menjadi semakin langka.
3. Masalah Privasi dan Keamanan Data
Penggunaan AI dalam pendidikan seringkali melibatkan pengumpulan data dalam jumlah besar, baik dari siswa, mahasiswa, maupun pendidik.
Data ini mencakup informasi pribadi, riwayat akademik, perilaku belajar, hingga preferensi pribadi. Meskipun data ini digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar, ada kekhawatiran mengenai privasi dan keamanan data tersebut.
Jika data ini jatuh ke tangan yang salah atau disalahgunakan, hal itu bisa berdampak buruk bagi individu yang terlibat.
Selain itu, siswa dan mahasiswa mungkin merasa diawasi atau diukur terus-menerus oleh sistem AI, yang bisa mempengaruhi kenyamanan mereka dalam belajar dan berinteraksi di lingkungan pendidikan.
4. Ketimpangan Akses Teknologi
Meskipun AI memiliki potensi untuk memperluas akses pendidikan, ada risiko bahwa teknologi ini justru memperlebar ketimpangan antara siswa yang memiliki akses ke teknologi dengan mereka yang tidak. Di banyak negara berkembang, akses terhadap perangkat teknologi dan internet masih menjadi masalah besar.
Siswa yang tidak memiliki akses ke komputer atau internet yang stabil akan tertinggal jauh dibandingkan dengan mereka yang bisa memanfaatkan AI dalam proses pembelajaran.
Selain itu, lembaga pendidikan dengan sumber daya terbatas mungkin tidak mampu mengadopsi teknologi AI yang canggih, sehingga terjadi kesenjangan kualitas pendidikan antara sekolah-sekolah yang memiliki akses terhadap teknologi dan yang tidak. Dalam konteks ini, AI bisa memperdalam kesenjangan sosial dan ekonomi di antara siswa dari latar belakang yang berbeda.