Misalnya, dalam pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics), siswa dapat menggunakan perangkat lunak berbasis AI untuk simulasi ilmiah, analisis data, atau pemrograman robot.
Mahasiswa, khususnya yang belajar di bidang teknologi dan ilmu komputer, mendapat manfaat besar dari AI dalam mengembangkan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja masa depan, seperti pemrograman, analisis big data, machine learning, dan sebagainya.
Hal ini mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin didominasi oleh teknologi.
Pengaruh Buruk AI bagi Siswa, Mahasiswa, dan Pendidik
1. Ketergantungan yang Berlebihan pada Teknologi
Salah satu risiko terbesar dari penggunaan AI dalam pendidikan adalah ketergantungan yang berlebihan pada teknologi. Siswa dan mahasiswa mungkin menjadi terlalu bergantung pada AI untuk menyelesaikan tugas dan mendapatkan informasi, sehingga mereka kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan mandiri.
Misalnya, ketika siswa terbiasa menggunakan chatbot atau aplikasi AI untuk menjawab pertanyaan matematika, mereka mungkin kehilangan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep matematika itu sendiri.
Ketergantungan ini juga dapat mempengaruhi kreativitas siswa. Alih-alih berusaha mencari solusi sendiri atau mengeksplorasi ide-ide baru, mereka cenderung mengikuti saran yang diberikan oleh AI tanpa mempertanyakan atau mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan problem solving dan inovasi.
2. Penggantian Peran Guru
AI telah menunjukkan potensi untuk menggantikan beberapa peran guru, terutama dalam hal memberikan penjelasan dan penilaian otomatis.
Meskipun hal ini dapat meningkatkan efisiensi, ada kekhawatiran bahwa peran guru sebagai fasilitator dan mentor dalam proses pembelajaran dapat berkurang atau bahkan tergantikan. Hubungan personal antara guru dan siswa yang penting dalam membangun karakter dan nilai-nilai sosial juga bisa terganggu.