Hal ini sering kali disebabkan oleh pragmatisme politik di mana partai-partai lebih memilih mendukung calon dengan peluang menang yang tinggi, sehingga tidak ada calon lain yang bisa muncul sebagai pesaing.
Kondisi ini memunculkan situasi di mana satu pasangan calon tidak memiliki lawan, dan pemilih hanya bisa memilih antara calon tersebut atau kotak kosong.
Kendala Biaya dan Logistik
Maju dalam kontestasi politik, terutama Pilkada, membutuhkan biaya yang besar. Tidak semua kandidat atau partai memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk mendukung kampanye.
Selain itu, Pilkada juga membutuhkan persiapan logistik yang signifikan, termasuk dukungan dari tim kampanye dan infrastruktur politik. Kondisi ini sering kali menyulitkan calon-calon independen atau partai kecil untuk bersaing, terutama ketika berhadapan dengan calon dari partai besar atau petahana yang memiliki sumber daya melimpah.
Implikasi Bagi Demokrasi
Berpotensi Melemahkan Demokrasi Lokal
Salah satu prinsip dasar demokrasi adalah adanya kompetisi yang sehat antara berbagai kandidat yang berkompetisi untuk memperoleh dukungan rakyat. Ketika Pilkada hanya diikuti oleh satu pasangan calon, kompetisi tersebut tidak terjadi, dan proses pemilihan menjadi kurang bermakna.
Pemilih hanya dihadapkan pada dua pilihan: memilih satu-satunya pasangan calon atau memilih kotak kosong. Dalam situasi ini, demokrasi dapat dianggap sebagai formalitas belaka tanpa substansi yang sesungguhnya.
Tanpa kompetisi, Pilkada kehilangan esensi sebagai mekanisme untuk memilih pemimpin terbaik melalui persaingan ide, program, dan visi.
Kualitas Pemimpin yang Dipilih