Allah memberikan instruksi kepada Nuh untuk membangun sebuah bahtera, atau perahu raksasa, yang akan menampung Nuh, keluarganya, dan sepasang dari setiap spesies hewan di dunia.
Kejadian 6:14-16 menggambarkan secara rinci spesifikasi dari bahtera ini, yang terbuat dari kayu gofir dan dilapisi dengan ter. Bahtera ini memiliki ukuran sekitar 300 hasta panjangnya (sekitar 137 meter), lebar 50 hasta (sekitar 23 meter), dan tinggi 30 hasta (sekitar 14 meter). Perahu tersebut dirancang untuk mengapung di atas air selama banjir, bukan untuk berlayar.
Selain Nuh dan keluarganya, Allah memerintahkan Nuh untuk membawa setiap jenis hewan, jantan dan betina, agar mereka dapat berkembang biak setelah banjir selesai. "Engkau harus membawa ke dalam bahtera itu segala yang hidup, dari segala makhluk yang hidup, satu pasang, jantan dan betina, supaya semuanya itu tetap hidup bersamamu" (Kejadian 6:19).
Banjir Besar
Setelah Nuh menyelesaikan pembangunan bahtera dan membawa semua makhluk hidup yang diperintahkan, Allah menurunkan hujan selama 40 hari dan 40 malam, seperti yang tertulis dalam Kejadian 7:12, "Empat puluh hari lamanya turunlah hujan lebat itu ke atas bumi." Banjir ini menutupi seluruh bumi, bahkan menutupi gunung-gunung tertinggi (Kejadian 7:19-20), dan memusnahkan semua makhluk yang berada di luar bahtera, baik manusia maupun hewan.
Air menutupi bumi selama 150 hari (Kejadian 7:24), dan bahtera Nuh mengapung di atas permukaan air tanpa ada tanda-tanda surut. Ini menegaskan kekuatan hukuman Allah atas kejahatan yang telah melanda bumi. Namun, Nuh dan semua yang berada di dalam bahtera tetap selamat karena ketaatan mereka kepada perintah Allah.
Surutnya Air dan Akhir Banjir
Setelah air mulai surut, bahtera mendarat di pegunungan Ararat (Kejadian 8:4). Selama beberapa bulan, air terus menurun, dan Nuh menunggu hingga tanah benar-benar kering.
Untuk memeriksa apakah air telah surut, Nuh melepaskan burung gagak, dan kemudian seekor merpati. Pada percobaan kedua, merpati kembali dengan membawa daun zaitun di paruhnya, yang menjadi tanda bahwa air sudah surut (Kejadian 8:11).
Setelah itu, Allah memerintahkan Nuh dan semua yang ada di dalam bahtera untuk keluar dan memulai kembali kehidupan di bumi. "Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan istrimu, anak-anakmu dan isteri anak-anakmu" (Kejadian 8:16).
Nuh kemudian mempersembahkan korban bakaran kepada Allah sebagai tanda syukur atas penyelamatan-Nya. Allah menerima persembahan itu dan membuat janji kepada Nuh bahwa Ia tidak akan pernah lagi menghancurkan bumi dengan banjir. Allah menempatkan pelangi di langit sebagai tanda perjanjian ini: "Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi" (Kejadian 9:13).