Malam itu, meskipun saya berada di tengah-tengah pesta yang penuh dengan tawa, musik, dan kemewahan, saya merasa hati saya terasa berat. Pikiran saya dipenuhi oleh bayangan mereka yang hidup dalam kemiskinan, yang nasibnya jauh berbeda dengan orang-orang yang ada di pesta ini.
Mungkin tidak ada yang salah secara langsung dalam acara ini. Kawan kami mengadakan pesta untuk merayakan pencapaiannya, dan itu adalah haknya. Namun, di balik semua itu, ada pertanyaan besar tentang keadilan sosial yang terus mengusik pikiran saya.
Ketika pesta mulai usai dan satu per satu tamu mulai meninggalkan tempat, saya berjalan perlahan menuju pintu keluar. Di sepanjang perjalanan pulang, saya terus merenungkan apa yang telah saya saksikan. Pesta mewah itu hanyalah satu contoh kecil dari kehidupan orang-orang yang berada di lapisan atas masyarakat.
Di luar sana, ada jutaan orang yang berjuang untuk hidup, dan kesenjangan ini tidak akan hilang begitu saja tanpa ada perubahan yang nyata. Namun, perubahan itu tidak bisa terjadi jika kita terus membiarkan sistem ini berjalan seperti sekarang.
Malam itu menjadi pengingat bagi saya bahwa meskipun kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kemewahan dan kesenangan bagi sebagian orang, kita tidak boleh melupakan mereka yang kurang beruntung.
Keadilan sosial harus menjadi tujuan kita bersama, dan hal itu hanya bisa tercapai jika ada kesadaran kolektif untuk memperbaiki keadaan. Siapa yang salah dalam situasi ini? Mungkin kita semua, jika kita tidak berusaha untuk melakukan sesuatu.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H