Selain itu, jika orang lain yang memberi les, maka jika target materi sudah selesai maka dia merasa itu sudah cukup, sementara istri dan saya akan membimbinng anak kami sampai harus bisa, sehingga menuntut kami untuk mengorganisir waktu dan tenaga lebih baik.
4. Pekerjaan Rumah Tangga dan Pengelolaan Sumber Daya
Pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh istri tidak sebatas pada tugas-tugas dasar seperti mencuci, memasak, dan membersihkan. Dia juga mampu membuat pakaian untuk keluarga, mulai dari baju hingga aksesori seperti tas dan dompet.
Keterampilan menjahit dan membuat pakaian ini mencerminkan betapa kreatif dan mandirinya istri dalam memanfaatkan keterampilan praktis untuk memenuhi kebutuhan keluarga tanpa mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan membuat sendiri pakaian dan peralatan rumah tangga seperti centong nasi dari kayu dan menjahit sepatu, istri saya ini mampu mengurangi pengeluaran keluarga secara signifikan.
Selain itu, dia juga terlibat dalam pekerjaan fisik seperti menebas rumput di halaman dan bertanam sayuran di sekitar rumah. Aktivitas ini memberikan kontribusi positif terhadap kemandirian pangan keluarga.
Berkebun di lahan rumah tidak hanya menyediakan sayuran segar yang lebih sehat dan hemat biaya, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan keluarga, terutama di saat ekonomi sulit apa lagi sewaktu wabah Covid 2020 kemarin.
Meskipun mungkin bagi orang lain pekerjaan rumah tangga ini sering kali tidak dihargai secara formal dalam sistem ekonomi, tetapi kontribusinya sangat besar bagi kesejahteraan keluarga.
Dalam banyak kasus, pekerjaan yang dilakukan oleh istri ini setara dengan layanan yang dibayar mahal jika diserahkan kepada pihak ketiga, seperti jasa cuci, penjahit, atau tukang kebun.
Oleh karena itu, kontribusi ekonomi tidak langsung yang diberikan oleh istri dalam hal ini harus diakui dan dihargai.
5. Tantangan Psikologis dan Sosial dari Peran Istri Serba Bisa