Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toleransi Pura-Pura dan Dampaknya terhadap Kemajuan Bangsa Indonesia

15 September 2024   04:42 Diperbarui: 15 September 2024   04:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unair.ac.id/toleransi-setengah-hati/

Namun, di Indonesia, toleransi sering kali tidak diimplementasikan dengan sungguh-sungguh. Masyarakat tampak menunjukkan sikap toleran terhadap perbedaan di depan umum, namun dalam hati atau tindakan sehari-hari, masih ada anggapan bahwa kelompoknya sendiri, baik itu dari segi agama, suku, atau budaya, adalah yang terbaik.

Fenomena toleransi pura-pura ini menjadi masalah serius yang memengaruhi kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Masyarakat terlihat rukun di permukaan, tetapi ketegangan tetap ada di bawah permukaan.

Misalnya, dalam interaksi antar-umat beragama, di mana orang-orang tampaknya bersikap ramah dan menghormati keyakinan lain, tetapi dalam realitanya, banyak yang masih menyimpan prasangka dan stereotip negatif terhadap agama yang berbeda.

Akibatnya, meskipun tidak selalu terlihat, konflik dan ketegangan mudah meletus ketika ada pemicu, seperti isu agama atau identitas dalam politik.

3. Dampak Toleransi Pura-Pura dalam Pendidikan dan Kesempatan

Salah satu area di mana toleransi pura-pura memiliki dampak yang paling merusak adalah dalam bidang pendidikan dan distribusi kesempatan, seperti beasiswa.

Beasiswa, yang seharusnya diberikan berdasarkan prestasi dan kemampuan akademik seseorang, sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor non-akademik seperti afiliasi agama, suku, atau bahkan koneksi politik.

Dalam banyak kasus, mereka yang seharusnya layak mendapatkan beasiswa atau kesempatan pendidikan, tidak dipilih karena mereka tidak berasal dari kelompok yang "diuntungkan".

Sebaliknya, orang-orang yang kurang kompeten tetapi berasal dari kelompok mayoritas atau yang memiliki afiliasi dengan pemberi beasiswa lebih sering terpilih.

Hal ini menimbulkan ketidakadilan dan menghambat potensi sumber daya manusia Indonesia yang seharusnya bisa berkembang lebih jauh.

Sebagai contoh, ada banyak laporan tentang program beasiswa yang lebih mengutamakan keterwakilan golongan tertentu, sehingga mereka yang sebenarnya kurang memiliki kualifikasi akademik justru mendapatkan kesempatan lebih besar daripada mereka yang berprestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun