Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bisakah Tidak Ada Batasan Umur untuk Bekerja di Sektor Swasta di Indonesia?

14 September 2024   15:40 Diperbarui: 14 September 2024   15:43 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sisiplus.katadata.co.id/berita/ekonomi-bisnis/1275/biaya-hidup-tinggi-jumlah-lansia-yang-bekerja-terus-meningkat

Pertanyaan mengenai batasan umur dalam sektor ketenagakerjaan di Indonesia, terutama di sektor swasta, merupakan isu yang menarik untuk dikaji. Batasan umur dalam dunia kerja sering kali menjadi perdebatan yang mencakup berbagai aspek, seperti produktivitas tenaga kerja, kesetaraan kesempatan kerja, dan keadilan sosial.

Di Indonesia, regulasi tentang usia bekerja telah ditetapkan dalam berbagai peraturan, namun seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika demografi, muncul pertanyaan: bisakah tidak ada batasan umur untuk bekerja di sektor swasta di Indonesia?

Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk aspek hukum, ekonomi, sosial, dan kesehatan. Setiap perspektif ini memberikan kontribusi penting dalam memahami implikasi dari tidak adanya batasan umur dalam ketenagakerjaan di sektor swasta.

1. Perspektif Hukum: Batasan Usia dan Regulasi Ketenagakerjaan di Indonesia

Secara hukum, di Indonesia sudah terdapat sejumlah peraturan yang mengatur batasan usia dalam dunia kerja. Misalnya, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menetapkan batas usia minimal untuk bekerja adalah 15 tahun, dengan pengecualian tertentu untuk jenis pekerjaan ringan yang dapat dilakukan oleh anak-anak berusia 13 hingga 15 tahun, namun dengan pengawasan ketat.

Sementara itu, batasan usia pensiun biasanya berkisar di antara 55 hingga 65 tahun, tergantung pada jenis pekerjaan dan peraturan perusahaan.

Batasan usia ini dimaksudkan untuk melindungi kelompok usia tertentu dari eksploitasi, terutama pekerja anak dan pekerja lanjut usia. Untuk anak-anak, batasan usia bertujuan melindungi mereka dari pekerjaan yang dapat mengganggu pendidikan dan perkembangan fisik mereka.

Sementara untuk pekerja lanjut usia, batasan usia pensiun bertujuan melindungi mereka dari risiko kesehatan dan penurunan produktivitas yang mungkin terjadi seiring dengan bertambahnya usia.

Namun, dalam konteks sektor swasta, ada fleksibilitas lebih besar dalam penentuan batasan usia kerja dibandingkan dengan sektor publik. Banyak perusahaan swasta, terutama di bidang teknologi dan kreatif, lebih memperhatikan keterampilan dan pengalaman ketimbang usia.

Meski demikian, undang-undang yang ada masih menetapkan standar umum terkait usia kerja dan pensiun. Dengan demikian, menghilangkan batasan usia sepenuhnya dari regulasi ketenagakerjaan di sektor swasta akan menuntut revisi besar terhadap undang-undang yang sudah ada, yang bisa menimbulkan pro dan kontra di kalangan legislator dan masyarakat.

2. Perspektif Ekonomi: Pengaruh Terhadap Produktivitas dan Perekonomian

Dari perspektif ekonomi, adanya batasan usia dalam dunia kerja didasarkan pada asumsi bahwa produktivitas tenaga kerja menurun seiring dengan bertambahnya usia.

Teori ini menyebutkan bahwa kemampuan fisik dan kognitif seseorang akan menurun saat mereka memasuki usia lanjut, yang dapat memengaruhi kinerja mereka di tempat kerja. Oleh karena itu, perusahaan sering kali menetapkan usia pensiun untuk mengoptimalkan produktivitas.

Namun, ada juga argumen yang menyatakan bahwa tidak semua orang mengalami penurunan produktivitas yang signifikan pada usia tertentu. Ada individu yang tetap sehat, aktif, dan produktif meskipun sudah memasuki usia lanjut.

Bahkan, dalam beberapa sektor, seperti pendidikan, konsultasi, atau seni, pengalaman hidup yang panjang dapat menjadi aset yang sangat berharga. Dalam hal ini, batasan usia bisa menjadi penghalang bagi individu yang masih mampu berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian dan perusahaan.

Menghapus batasan umur dalam sektor swasta dapat meningkatkan partisipasi tenaga kerja, terutama di kalangan lansia. Partisipasi ini dapat berdampak positif terhadap perekonomian nasional, terutama mengingat bahwa Indonesia sedang mengalami transisi demografi menuju struktur penduduk yang semakin menua.

Pada tahun 2045, diperkirakan bahwa jumlah penduduk lansia akan meningkat drastis, dan mempertahankan mereka dalam dunia kerja bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ekonomi yang muncul akibat fenomena tersebut.

Namun demikian, penghapusan batasan umur tanpa pertimbangan matang juga bisa menimbulkan tantangan bagi perusahaan dan pasar tenaga kerja. Perusahaan harus siap mengelola tenaga kerja dengan rentang usia yang lebih luas, yang mungkin memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda.

Selain itu, ada risiko bahwa pekerja yang lebih tua akan "mengunci" posisi tertentu, sehingga mengurangi kesempatan kerja bagi generasi muda.

3. Perspektif Sosial: Kesetaraan Kesempatan dan Diskriminasi Usia

Dari sudut pandang sosial, menghapus batasan usia dalam dunia kerja dapat menjadi langkah penting menuju kesetaraan kesempatan. Diskriminasi usia (ageism) sering kali menjadi masalah dalam proses rekrutmen dan promosi di banyak perusahaan.

Lansia sering kali dianggap kurang produktif atau tidak adaptif terhadap teknologi dan perubahan, meskipun banyak dari mereka memiliki pengalaman yang luas dan keterampilan yang relevan.

Jika tidak ada batasan umur dalam ketenagakerjaan, perusahaan akan lebih fokus pada keterampilan, pengalaman, dan kinerja individu daripada usia mereka. Ini dapat mendorong lebih banyak keadilan dan inklusivitas dalam dunia kerja.

Sebaliknya, mempertahankan batasan umur bisa dilihat sebagai bentuk diskriminasi struktural yang menghambat hak individu untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat, terutama bagi mereka yang masih ingin bekerja meski sudah melebihi usia pensiun formal.

Namun, aspek sosial ini juga memiliki tantangan. Tanpa batasan usia, ada kemungkinan ketidakadilan antar generasi dalam dunia kerja. Generasi muda mungkin menghadapi lebih banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan jika posisi-posisi tertentu masih dipegang oleh pekerja yang lebih tua.

Selain itu, perusahaan juga harus menghadapi tantangan dalam hal pengelolaan tenaga kerja yang multigenerasi, di mana setiap kelompok usia memiliki kebutuhan, preferensi, dan pola kerja yang berbeda.

4. Perspektif Kesehatan: Kapasitas Fisik dan Mental Pekerja Lanjut Usia

Salah satu alasan utama mengapa batasan usia pensiun diberlakukan adalah terkait dengan kesehatan fisik dan mental. Seiring bertambahnya usia, risiko masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan mobilitas, meningkat.

Hal ini dapat memengaruhi kemampuan individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu di tempat kerja. Oleh karena itu, batasan usia pensiun sering kali dilihat sebagai cara untuk melindungi kesehatan pekerja.

Namun, perkembangan di bidang kedokteran dan gaya hidup sehat telah memungkinkan banyak individu untuk tetap aktif dan sehat di usia lanjut. Ada banyak contoh pekerja lansia yang masih mampu bekerja dengan baik dan produktif, terutama jika pekerjaan tersebut tidak membutuhkan tenaga fisik yang berat.

Dalam beberapa kasus, pekerjaan bahkan dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik seseorang dengan memberikan rutinitas, tujuan, dan kesempatan untuk tetap aktif.

Menghilangkan batasan umur dalam dunia kerja dapat memberikan kesempatan bagi mereka yang masih ingin bekerja dan merasa mampu secara fisik serta mental. Namun, harus ada regulasi tambahan yang memastikan bahwa pekerja lansia tidak dipaksa untuk bekerja dalam kondisi yang dapat membahayakan kesehatan mereka.

Program-program kesehatan di tempat kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan fleksibilitas dalam jam kerja bisa menjadi solusi untuk mendukung kesejahteraan pekerja dari semua kelompok usia.

5. Studi Kasus: Negara Tanpa Batasan Usia dalam Ketenagakerjaan

Beberapa negara maju telah menerapkan kebijakan tanpa batasan usia dalam dunia kerja, atau setidaknya memberikan fleksibilitas lebih besar bagi pekerja lanjut usia.

Sebagai contoh, di Amerika Serikat, tidak ada batasan usia pensiun wajib, dan pekerja dapat memilih untuk terus bekerja selama mereka mampu dan diinginkan oleh pemberi kerja. Hal ini memberikan fleksibilitas bagi individu untuk memutuskan sendiri kapan mereka ingin berhenti bekerja.

Namun, penting untuk dicatat bahwa di negara-negara ini, ada infrastruktur pendukung yang kuat, seperti program pensiun sukarela, asuransi kesehatan, dan perlindungan sosial yang memastikan bahwa pekerja lansia tetap memiliki pilihan dan tidak dipaksa untuk bekerja karena tekanan finansial.

Kebijakan semacam ini memungkinkan masyarakat untuk tetap inklusif bagi pekerja lansia, sambil memastikan bahwa kesejahteraan mereka tetap terjamin.

6. Kesimpulan: Tantangan dan Peluang Penghapusan Batasan Usia

Meninjau kembali berbagai perspektif yang telah dibahas, terlihat bahwa penghapusan batasan usia dalam sektor swasta di Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan kesetaraan kesempatan dan memanfaatkan pengalaman pekerja lanjut usia.

Dalam beberapa sektor, pekerja yang lebih tua bisa tetap memberikan kontribusi yang sangat bernilai, terutama dalam pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus dan pengalaman yang luas.

Namun, tantangan yang muncul juga tidak dapat diabaikan. Mengelola tenaga kerja multigenerasi, risiko penurunan produktivitas, dan potensi ketidakadilan antar generasi adalah beberapa isu yang perlu dipertimbangkan. Selain itu, perlindungan kesehatan dan kesejahteraan bagi pekerja lansia harus menjadi prioritas utama jika batasan usia dihapus.

Penghapusan batasan umur bukan berarti mengabaikan pentingnya kesejahteraan pekerja lanjut usia, melainkan menawarkan lebih banyak fleksibilitas dalam hal kapan dan bagaimana seseorang memilih untuk berhenti bekerja.

Indonesia perlu mempersiapkan infrastruktur dan kebijakan pendukung yang memadai untuk menghadapi perubahan demografi, di mana jumlah lansia akan semakin meningkat dalam beberapa dekade mendatang.

Sebagai kesimpulan, meskipun secara teoritis tidak ada batasan usia dalam bekerja di sektor swasta terdengar menarik dan sejalan dengan prinsip kesetaraan, penerapannya memerlukan pertimbangan matang dari berbagai sisi.

Keseimbangan antara produktivitas, kesejahteraan pekerja, dan keadilan sosial adalah kunci untuk memastikan bahwa perubahan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, baik pekerja muda maupun lansia.

Khusus untuk penduduk berusia 60 tahun ke atas di monitor melalui aplikasi KTP dan menawarkan dua alternatif bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan --- yaitu, memberikan pekerjaan sesuai kemampuan atau menanggung biaya hidup mereka melalui bantuan pemerintah.

Ini adalah gagasan yang memiliki implikasi besar dari berbagai aspek, termasuk sosial, ekonomi, dan kebijakan publik. Usulan ini mencerminkan upaya untuk mengatasi tantangan penuaan penduduk yang semakin meningkat di Indonesia serta memastikan kesejahteraan warga lanjut usia (lansia).

1. Perspektif Sosial

Secara sosial, usulan ini dapat dilihat sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap kesejahteraan warga lanjut usia. Lansia sering kali menghadapi diskriminasi di pasar kerja dan kesulitan mendapatkan pekerjaan meskipun masih memiliki kapasitas fisik dan mental yang memadai.

Dengan memberikan pilihan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan mereka, pemerintah dapat membuka peluang bagi mereka yang masih ingin berkontribusi secara produktif. Hal ini juga dapat membantu mengurangi ketergantungan finansial lansia terhadap keluarga, yang sering kali menjadi beban tambahan dalam masyarakat yang semakin modern dan individualistik.

Pilihan kedua, yakni menjamin kesejahteraan melalui tanggungan pemerintah, mencerminkan konsep jaminan sosial yang kuat. Banyak lansia, terutama di daerah pedesaan, mungkin tidak memiliki akses ke pekerjaan formal atau mengalami penurunan kondisi kesehatan yang signifikan.

Dalam kasus-kasus seperti ini, peran pemerintah dalam memastikan kelangsungan hidup yang layak bagi mereka sangat penting. Dengan demikian, langkah ini juga dapat mengurangi ketimpangan sosial dan memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses yang adil terhadap sumber daya dasar.

2. Perspektif Ekonomi

Dari perspektif ekonomi, kebijakan ini bisa berdampak positif maupun negatif. Di satu sisi, memberikan pekerjaan kepada lansia yang masih mampu dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan mengurangi beban ekonomi negara dalam hal pengeluaran untuk jaminan sosial.

Lansia dengan pengalaman panjang di dunia kerja dapat memberikan kontribusi berharga di sektor-sektor yang membutuhkan keterampilan khusus atau pengetahuan yang mendalam.

Namun, ada juga tantangan ekonomi yang perlu dipertimbangkan. Menanggung biaya hidup lansia yang tidak bekerja akan memerlukan alokasi anggaran yang signifikan dari pemerintah.

Ini bisa meningkatkan tekanan pada anggaran negara, terutama jika jumlah lansia terus meningkat seiring dengan fenomena transisi demografi. Selain itu, ada risiko bahwa pasar tenaga kerja bagi generasi muda bisa terhambat jika lebih banyak posisi pekerjaan diisi oleh lansia, meskipun di sisi lain, kebutuhan akan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu mungkin tetap tinggi.

3. Perspektif Kebijakan Publik

Implementasi dari kebijakan ini membutuhkan infrastruktur teknologi dan administrasi yang canggih, terutama dalam hal integrasi status pekerjaan dengan data kependudukan melalui aplikasi KTP. Sistem ini harus dapat diakses oleh semua lansia, baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan.

Selain itu, pemerintah perlu memastikan bahwa pekerjaan yang ditawarkan benar-benar sesuai dengan kemampuan fisik dan mental lansia serta tidak menempatkan mereka dalam situasi yang berisiko.

Untuk pilihan jaminan sosial, pemerintah harus menyusun mekanisme yang transparan dan adil dalam menentukan siapa yang layak mendapatkan dukungan penuh. Ini juga mencakup penyediaan akses kesehatan yang memadai bagi lansia yang tidak mampu bekerja lagi.

Dalam hal ini, peran asuransi kesehatan nasional dan program jaminan sosial lainnya menjadi sangat krusial.

Kesimpulan

Usulan untuk memberikan pilihan pekerjaan atau tanggungan kepada lansia merupakan langkah maju dalam mengatasi tantangan penuaan penduduk di Indonesia.

Meskipun memiliki manfaat sosial yang signifikan, kebijakan ini juga menuntut perencanaan ekonomi dan kebijakan publik yang matang agar dapat diimplementasikan secara efektif.

Jika dirancang dengan baik, kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan lansia dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun