Salah satu hipotesis yang dapat diajukan adalah bahwa keberadaan fonem "V" di dalam bahasa Dohoi dan Apo Kayaan mungkin berasal dari kontak budaya dan perdagangan dengan kelompok masyarakat asing pada masa prasejarah.
Mengingat lokasi Kalimantan yang berada di antara jalur perdagangan maritim kuno antara Asia Tenggara, India, dan Kepulauan Pasifik, sangat mungkin bahwa pedagang atau penjelajah dari luar membawa fonem ini ke wilayah tersebut.
Kontak ini mungkin tidak langsung melibatkan masyarakat Eropa, tetapi melalui perantara yang telah terpapar oleh pengaruh linguistik Indo-Eropa, seperti pedagang India atau Timur Tengah.
Apa lagi kalau kita mengingat pendapat para ahli yang mengatakan bahwa suku Dohoi Uut Danum sudah ditemukan keberadaannya sejak 2500 tahun sebelum masehi. Sementara legenda tak tertulis yang diwariskan secara lisan, suku Dohoi Uut Danum sudah ada sebelum dunia diciptakan yaitu pada zaman Konyorian Paring Aang yang artinya asal mula kejadian segala sesuatu.
  Hipotesis Migrasi dan Penyebaran Populasi
  Hipotesis lain yang layak dipertimbangkan adalah kemungkinan adanya migrasi atau penyebaran populasi dari wilayah yang lebih jauh yang membawa serta fonem "V". Misalnya, kelompok manusia dari Asia Selatan atau dari wilayah lain yang telah terpengaruh oleh bahasa Indo-Eropa mungkin telah bermigrasi ke Kalimantan dan bercampur dengan penduduk asli.
Dalam proses asimilasi budaya dan bahasa ini, fonem "V" dapat saja diadopsi dan disesuaikan dalam sistem fonologis bahasa lokal.
  Hipotesis Evolusi Fonetik Internal
  Hipotesis ketiga adalah bahwa fonem "V" mungkin terjadi secara tanpa sengaja dan alami merupakan hasil evolusi fonetik internal dalam bahasa-bahasa ini. Bahasa adalah entitas yang dinamis dan terus berkembang.
Ada kemungkinan bahwa kondisi lingkungan, kebutuhan komunikasi, atau perubahan dalam struktur sosial telah mendorong munculnya fonem "V" dalam bahasa Dohoi dan Apo Kayaan secara independen dari pengaruh luar.
Misalnya, interaksi antara gigi atas dan bibir bawah dalam pengucapan frikatif labiodental bersuara mungkin telah berkembang sebagai hasil adaptasi lokal terhadap pola artikulasi yang ada.