Namun, munculnya fonem "V" dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia, terutama pada suku Dohoi Uut Danum dan Apo Kayaan di pedalaman Kalimantan, menjadi sebuah anomali linguistik yang menarik.
Bagaimana mungkin sebuah fonem yang begitu asing bagi sebagian besar bahasa Asia dapat muncul dalam bahasa yang digunakan oleh kelompok suku seperti Dayak Dohoi Uut Danum dan Apo Kayaan yang relatif terisolasi di hutan tropis Kalimantan?
Suku Dohoi Uut Danum dan Apo Kayaan: Sebuah Pengantar Etnolinguistik
Suku Dohoi Uut Danum dan Apo Kayaan adalah dua kelompok etnis yang hidup di wilayah pedalaman Kalimantan, terutama di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah serta Kalimantan Timur.
Suku Dohoi Uut Danum merupakan induk suku dari kelompok Dayak Uut Danum, sementara suku Apo Kayaan dikenal sebagai salah satu kelompok Dayak yang lebih kecil. Kedua suku ini hidup di wilayah yang terisolasi, jauh dari pengaruh budaya luar yang signifikan dalam sejarah modern mereka.
Bahasa Dohoi dan bahasa Apo Kayaan, yang masing-masing digunakan oleh suku Dohoi Uut Danum dan Apo Kayaan, memiliki sistem fonologis yang unik di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
Salah satu ciri yang paling menarik adalah keberadaan fonem "V" sebagai bagian dari inventori fonem mereka. Dalam bahasa Dohoi, misalnya, fonem "V" digunakan seperti pada kata "bavik" yang artinya perempuan, "llovuk" yang artinya rumah permanen, dan dalam banyak kata-kata tertentu yang memiliki makna penting dalam budaya dan kehidupan sehari-hari mereka.
Demikian pula, dalam bahasa Apo Kayaan, fonem "V" digunakan dalam sejumlah kata dasar dan morfem yang secara tradisional digunakan dalam komunikasi antarsuku.
Hipotesis Linguistik: Mengapa "V" Ada di Sini?
Untuk memahami mengapa fonem "V" hadir dalam bahasa-bahasa ini, beberapa hipotesis perlu dipertimbangkan. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menjelaskan fenomena ini, baik dari perspektif sejarah migrasi, kontak budaya, maupun evolusi fonetik.
  Hipotesis Kontak Budaya Prasejarah