Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang Utan (Kohiuk)

5 September 2024   08:53 Diperbarui: 24 September 2024   20:22 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: CHUTTERSNAP/Unsplash 

Di tengah-tengah hutan lebat Pulau Kalimantan, terdapat sebuah makhluk yang semakin hari semakin langka. Makhluk ini, yang dikenal sebagai orang utan, adalah salah satu primata terbesar dan paling cerdas di Asia Tenggara.

Namun, nama "orang utan" sebenarnya merupakan sebutan yang diberikan oleh orang luar, yang mungkin tidak sepenuhnya memahami karakteristik unik dan hubungan mendalam makhluk ini dengan penduduk asli Kalimantan.

Bagi masyarakat lokal, khususnya mereka yang berasal dari suku Dayak Dohoi Uut Danum, orang utan bukan sekadar binatang. Mereka menyebutnya dengan nama "Kohiuk," dan mereka memiliki cerita serta sejarah tersendiri yang memperlihatkan betapa dekatnya hubungan mereka dengan makhluk ini.

Suku Dayak Dohoi Uut Danum dan Kohiuk

Suku Dayak Dohoi Uut Danum merupakan salah satu sub-kelompok dari suku Dayak yang tersebar di hampir seluruh provinsi Kalimantan. Suku ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda tergantung dari wilayah dan bahasa yang digunakan, seperti Ulu Aik, Kodorih, Dohoi, Uut Danum, dan lain-lain.

Namun, terlepas dari variasi nama tersebut, semua sub-kelompok ini memiliki satu kesamaan: mereka memanggil orang utan dengan sebutan "Kohiuk."

Bagi mereka, Kohiuk bukan hanya sekedar primata; ia adalah makhluk yang cerdas, memiliki kebijaksanaan, dan bahkan diyakini memiliki kemampuan supranatural tertentu. 

Cerita-cerita tentang Kohiuk telah diturunkan dari generasi ke generasi, menjadikan hewan ini bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan budaya dan spiritual mereka.

Di antara banyaknya cerita yang ada, ada dua kisah utama yang sangat populer dan sering diceritakan di kalangan masyarakat Dayak Dohoi Uut Danum. 

Kisah-kisah ini menggambarkan betapa istimewanya Kohiuk di mata mereka, serta memperlihatkan bagaimana suku ini memahami dan menghormati makhluk tersebut.

Kohiuk yang Mampu Meramalkan Kematian

Cerita pertama tentang Kohiuk adalah tentang kemampuannya yang unik dan mistis untuk meramalkan kematiannya sendiri. Menurut kepercayaan suku Dayak Dohoi Uut Danum, jika seekor Kohiuk terluka oleh sumpit atau terkena tembakan, ia akan melakukan suatu ritual yang menunjukkan kemampuan prediksinya.

Dalam situasi tersebut, Kohiuk akan mengambil sekumpulan daun dari pohon terdekat dan mulai meremasnya dengan hati-hati. Setelah itu, ia akan menjatuhkan daun-daun tersebut ke tanah.

Jika daun-daun yang dijatuhkan Kohiuk tetap dalam keadaan utuh, bulat tanpa terurai, itu adalah tanda bahwa Kohiuk tersebut masih memiliki umur panjang dan akan bertahan hidup meski terluka.

Namun, jika daun-daun tersebut jatuh dalam keadaan terurai atau hancur, ini berarti Kohiuk meramalkan bahwa ajalnya sudah dekat dan hidupnya tidak akan bertahan lama.

Ritual ini dianggap sangat sakral dan dipercaya secara luas oleh masyarakat suku Dayak Dohoi Uut Danum, yang melihat Kohiuk sebagai makhluk yang tidak hanya bijaksana, tetapi juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan dunia gaib.

Kohiuk yang Meniru Pemburu

Selain kemampuannya meramalkan kematian, ada cerita lain tentang seekor Kohiuk yang secara tidak sengaja menemui ajalnya karena meniru perilaku manusia.

Cerita ini dimulai dengan seorang pemburu yang lelah setelah seharian berburu di hutan Kalimantan. Ketika hari mulai sore, sang pemburu memutuskan untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar.

Dengan tangan cekatan, ia mulai menyirih, suatu kebiasaan mengunyah campuran sirih, pinang, dan kapur yang sangat umum di kalangan masyarakat setempat.

Sambil menyirih, pemburu itu beberapa kali mengeluarkan sebilah pisau kecil yang disebut seraut dari sarungnya yang tergantung di pinggang, untuk membelah buah pinang. Setelah selesai, ia memasukkan kembali serautnya ke dalam sarungnya.

Tak jauh dari tempat pemburu itu duduk, seekor Kohiuk diam-diam mengintip dari balik dahan dan daun pohon. Kohiuk itu memperhatikan setiap gerakan pemburu dengan cermat, seolah-olah penasaran dengan apa yang sedang dilakukan manusia tersebut.

Seiring berjalannya waktu, mungkin karena kelelahan, pemburu itu pun tertidur di tempat duduknya dengan bersandarkan kepada banir pohon, seraut masih terselip rapi di dalam sarungnya.

Melihat manusia itu tertidur, Kohiuk perlahan-lahan turun dari pohon, mendekati pemburu tersebut dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara sedikit pun.

Ketika ia tiba di dekat pemburu, Kohiuk mulai meniru semua gerakan yang telah diperhatikannya sebelumnya. Ia mengambil buah pinang, membelahnya dengan seraut, dan mulai menyirih seperti yang dilakukan oleh pemburu itu.

Namun, ada satu hal yang membuat Kohiuk bingung; ia melihat bagaimana pemburu memasukkan seraut kembali ke sarungnya setelah membelah pinang, tetapi Kohiuk salah mengira bahwa manusia tersebut memasukkan serautnya ke dalam perutnya.

Dengan penuh keyakinan dan tanpa ragu, Kohiuk mencoba meniru gerakan tersebut. Ia beberapa kali mencoba memasukkan seraut tajam itu ke dalam perutnya sendiri, berpikir itulah yang dilakukan oleh pemburu.

Tentu saja, setiap kali ia melakukannya, ia merasakan sakit yang luar biasa. Tetapi karena ketidaktahuan dan kesetiaan meniru gerakan manusia, ia melakukannya berulang kali, hingga akhirnya Kohiuk tersebut terjatuh dan terkapar di tanah.

Ketika pemburu itu akhirnya terbangun dari tidurnya, ia sangat terkejut melihat pemandangan di depannya. Di dekatnya, tergeletak tubuh seekor Kohiuk yang sudah tak bernyawa, terlentang dengan seraut tertancap di perutnya.

Pemburu itu tidak menyangka bahwa makhluk cerdas ini bisa melakukan tindakan yang begitu nekat hanya karena ingin meniru apa yang dilihatnya.

Dia merasa bersalah, namun juga terheran-heran dengan kecerdasan dan kesetiaan Kohiuk untuk meniru manusia, meskipun hal itu membawa malapetaka bagi dirinya sendiri.

Hikmah dan Makna dari Kisah Kohiuk

Cerita-cerita tentang Kohiuk ini bukan sekadar dongeng atau legenda. Bagi suku Dayak Dohoi Uut Danum, kisah-kisah ini memiliki makna yang mendalam dan menjadi bagian dari pelajaran hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Mereka melihat Kohiuk sebagai makhluk yang bukan hanya cerdas, tetapi juga penuh kebijaksanaan dan bahkan kemampuan spiritual.

Kemampuan Kohiuk untuk meramalkan kematian dilihat sebagai tanda bahwa hewan ini memiliki hubungan khusus dengan alam dan dunia gaib. Ini mengajarkan mereka tentang pentingnya memahami tanda-tanda alam dan selalu menghormati kehidupan di sekitar mereka.

Sementara itu, cerita tentang Kohiuk yang meniru pemburu mengandung pesan tentang bahaya meniru tanpa memahami sepenuhnya apa yang ditiru.

Kohiuk, meskipun memiliki niat baik untuk meniru manusia, akhirnya menemui ajalnya karena salah pengertian. Ini bisa dianggap sebagai pelajaran tentang pentingnya kebijaksanaan dan pemahaman yang mendalam dalam setiap tindakan.

Dalam kehidupan sehari-hari, ini juga mengingatkan suku Dayak untuk selalu bertindak dengan hati-hati dan tidak sembarangan meniru perilaku yang belum mereka pahami sepenuhnya.

Cerita ini juga mencerminkan hubungan kompleks antara manusia dan alam, khususnya di wilayah Kalimantan. Kohiuk dianggap sebagai cerminan manusia, dengan segala kecerdasan dan sifat-sifatnya yang mendekati manusia.

Namun, Kohiuk juga tetap bagian dari alam liar yang memiliki caranya sendiri untuk bertahan hidup. Hubungan ini adalah hubungan yang saling menguntungkan sekaligus penuh tantangan, di mana manusia dan alam harus saling menghormati satu sama lain.

Refleksi tentang Kehidupan dan Kehilangan

Dalam konteks yang lebih luas, cerita-cerita ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali bagaimana kita memandang makhluk hidup lain di sekitar kita.

Kehidupan Kohiuk yang semakin terancam akibat perusakan habitat dan perburuan liar seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua.

Kehilangan Kohiuk, seperti yang digambarkan dalam cerita ini, bukan hanya kehilangan bagi alam, tetapi juga kehilangan bagian penting dari kebudayaan dan warisan leluhur masyarakat Dayak.

Makhluk ini mengajarkan kita tentang ketahanan, kebijaksanaan, dan hubungan kita dengan alam. Mereka menunjukkan bahwa ada lebih banyak hal yang bisa dipelajari dari alam jika kita cukup bijaksana untuk mendengarkan dan memperhatikan.

Di dunia yang semakin modern ini, di mana pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam seringkali dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya, kisah Kohiuk mengingatkan kita bahwa alam memiliki caranya sendiri untuk berbicara dan menyampaikan pesannya.

Maka dari itu, menjaga keberadaan Kohiuk dan memahami peran pentingnya dalam ekosistem dan budaya masyarakat Dayak adalah tanggung jawab kita semua.

Ini bukan hanya soal melindungi satu spesies, tetapi juga soal menjaga keseimbangan alam, menghargai keanekaragaman hayati, dan melestarikan cerita serta kearifan lokal dalam hubungannya dengan Kohiuk.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun