"Syukurlah kalau begitu." Tukas Sangen. "Sebentar lagi kamu akan menyandang gelar SH, yang bisa merupakan singkatan Senang Hidup ataupun Susah Hidup."
"Bagaimana? Apakah kita cari makan dulu?" Tanya Baltasar tidak memperdulikan gurauan rekannya itu.
"Eh, kamu lupa ya jika tadi pagi kawan kita si Acun berjanji mau membelikan kita nasi bungkus hari ini. Karena dia sudah lulus ujian skripsinya." Kata Sangen. Dia teringat janji Acun, kawan mereka yang sangat dermawan. Orang tuanya merupakan pedagang yang cukup sukses di daerah mereka.
"Ayolah kalau begitu, kita come on." Seru Baltasar sambil memasang tas kainnya yang berisi berkas Bab IV Skripsinya di bahunya.
"Tapi kita antar surat ini dulu ke SMEA Negeri II." Tukas Sangen sambil menepuk-nepuk tas gendongnya.
"Mana kata taukelah. Kan situ bossnya, mana mungkin saya loncat dari motor." Gurau Baltasar sambil tertawa.
Keduanya lalu kembali berboncengan pulang, Cuma terlebih dahulu menuju ke SMEAN II yang terletak di jalan Ahmad Yani, untuk mengantarkan surat permohonan tempat PPL. Setelah suratnya disampaikan yang disertai dengan tanda terima, mereka langsung ke tempat kost. Rupanya tanpa terasa hari sudah cukup siang.
"Kemana kalian, Sar?" Tanya Acun ketika melihat mereka sudah datang.
"Tadi ke kampus. Konsultasi Skripsi."
"Bagaimana?"
"Lolos. Hanya perbaikan sedikit di bab IV saja."