Time Machine dan wakilnya sedang duduk berdiskusi dengan Banu dan Reinaldo calon wakilnya di sebuah kamar VIP di salah satu hotel di Pontianak yang lumayan mewah, sebuah hotel berbintang tiga.
"Silakan minum, Pak." Tawar pak Time Machine kepada Banu yang sedang asyik memainkan handphonenya. Mereka baru saja selesai makan, yang semuanya dihidangkan di dalam kamar itu. Di situ hanya ada mereka berempat.
"Terima kasih, Bapak. Sebentar ya, lagi tanggung." Desisnya sambil tersenyum-senyum melihat layar HPnya.
"Asyik sekali. WA siapa, sih?" Tanya pak Time Machine penasaran.
"Aah, biasalah. Laki-laki." Tukas pak Banu sambil senyum dikulum.
"Kelas berapa?" Tanya pak Time Machine lagi. Dia sudah paham, jika koleganya ini sedang berkirim pesan dengan anak ABG.
"Kelas dua SMU." Jelas pak Banu.
"Mainnya pandai, ndak?" Cecar pak Time Machine lagi.
"Wah, sudah profesional. Tapi memang masih terasa legit, sih." Tukas pak Banu menjelaskan sambil matanya tidak beralih dari layar handphonenya.
"Nanti kapan-kapan saya perkenalkan dengan koleksi saya. Saya punya banyak, siapa tahu ada yang Bapak suka." Tawar pak Time Machine sambil tertawa.
"Boleh. Saya memang tidak pernah bosan dengan anak-anak ABG." Komentar pak Banu sambil meletakan handphonenya.