"Oh,ya, Pak. Terima kasih." Sahut pak Banu sambil menerima uang itu. Sudah terbayang di matanya bagaimana Ayu, Lusi, Shinta, dan Luna mengerang-ngerang di bawah tubuhnya. Para anak ABG itu sudah biasa melayani dia, karena mereka bilang jika dengan kekasihnya dilakukan secara gratis. Sementara dengan pak Banu, mereka mendapat kepuasan dan juga uang untuk memenuhi gaya hidup mereka yang mewah.
"Oh ya, kalau di lapangan itu, apakah semua KPPS bisa sudah kita kuasai, Bapak?" Tanya Pak Banu. Sementara calon wakilnya tidak banyak bicara.
"Oh, itu sudah, Pak. Meskipun tidak semudah dulu."
"Maksud Bapak?"
"Maksud saya, sekarang kita terpaksa lebih banyak keluar uang. Kalau dulukan cukup dengan ketua KPU dan para anggotanya saja. Jadi urusannya lebih mudah."
"Ketua KPU yang sekarang, bagaimana?"
"Oh, pak Yorick. Orang itu pengkhianat. Tidak mau bekerja sama. Selalu alasannya regulasi. Integritas. Keadilan. Dan segala macam istilah tetek bengek sampah yang dia sampaikan." Kata Pak Time Machine dengan jengkelnya.
"Tapi saya lihat Bapak ramah sekali jika ketemu dengan dia?"Tanya pak Banu bingung. Karena beberapa kali dia melihat interaksi antara pak Time Machine begitu ramah dan bersahabat dengan Yorick, si ketua KPU Kabupaten yang baru ini.
"Bapak jangan melihat permukaannya saja. Saya paling tidak suka ketua KPU itu. Tunggu saja dia, sebelum dia di pecat, saya belum puas."
"Jadi kelakuan ketua KPU itu sangat menganggu, ya Pak?"
"Betul. Memang celaka benar. Dulu saya cukup mengeluarkan uang 600 juta rupiah, selesai. Semuanya kelar. Untuk ketuanya 100 juta. Untuk para anggotanya masing-masing 50 juta rupiah. Selain itu untuk jajaran dibawahnya seperti PPK, PPS, dan KPPS. Semuanya bisa beres. Merekalah yang atur semua anggota PPK sampai ke KPPS, semuanya orang yang akan mendukung saya. Semuanya aman. Tidak ada yang bisa menuntut. Tidak ada bukti. Media massa pun tidak tahu. Tapi sekarang? Saya harus keluar uang sudah lebih lima miliar rupiah, itu baru untuk para penyelenggara saja. Belum untuk para saksi dan para wartawan. Juga para camat dan kepala Desa, untuk mengatur dari jenjang PPK sampai KPPSnya. Untuk mengaturnya sampai ke bawah. Ini semua gara-gara ketua KPU celaka yang sok suci itu."