Fredy merasa diskusi spontan ala debat kusir ini bakalan panjang, padahal dia harus segera mengisi BBM. "Waduh, bapak-bapak. Mohon maaf nih, aku harus segera pergi..." Seru Fredy memotong diskusi spontan mereka.
"Silakan...Silakan..." Jawab mereka hampir serentak. "hati-hati saja..."
Fredy pun lalu menaiki motornya dan menghidupkannya, normal. "Terima kasih semuanya...!" Seru Fredy sekali lagi sambil dengan perlahan menjalankan motornya.
"Ya...Ya...Silakan..!" Seru mereka lagi. Fredy pun kembali meluncur  ke arah kota. Kendaraan tidak terlalu ramai. Mungkin karena panas daerah khatulistiwa atau mungkin juga masyarakat enggan keluar karena harga BBM yang meroket ke langit.
Fredy melihat semakin ke arah kota, kios-kios BBM bertaburan dikiri kanan jalan. "Aneh..." Pikir Fredy. "di SPBU selalu kehabisan minyak, tetapi kios-kios ini kok jumlahnya beratus-ratus tidak pernah kekurangan minyak. Apanya yang salah?"
Fredy hanya menggelengkan kepala sendiri. Jika ada permainan, mengapa tidak di tangkap. Padahal sudah jelas BBM di SPBU selalu kosong, mengapa di kios begitu banyak. Memangnya para pengelola kios itu tidak membeli dari Pertamina tetapi punya kilang minyak sendiri?
Di depan Fredy melihat sebuah kios yang cukup besar, pengendara motor juga ramai mengunjunginya. Bahkan beberapa orang yang tadi ikut antri di SPBU terlihat diantara orang-orang yang mengisi minyak di kios situ. Terlihat  jelas plang namanya "KIOS BBM KAKAEN." Fredy pun membelok kan Honda butut tahun 70-an nya ke situ.
"Ketemu lagi.." Seru Fredy sambil melemparkan senyum kepada seorang Bapak pengendara Kharisma X. Bapak itu hanya membalas dengan senyuman. "Berapa liter, pak? Tanya penjaganya kepada pengendara Kharisma X. "Tiga liter..." Â Setelah di isi BBM dan membayar, bapak itu pun pergi. "Saya duluan,ya..." Katanya sambil tersenyum ke arah Fredy. Fredy juga membalas dengan anggukan kepala.
Beberapa lama kemudian, tibalah giliran Fredy. "Berapa liter, Pak?" Penjaga itu menanyakan pertanyaan yang sama. "Empat liter saja." Jawab Fredy. Dari pada bolak balik mengisi, bagusnya sekalian.
"Berapa duit?" tanya Fredy setelah motornya selesai di isi. "delapan puluh ribu, Pak...!" jawab pegawai kios. Hampir saja Fredy terloncat dari motornya. Dia lalu mengeluarkan dompetnya, ternyata uang yang ada di situ hanya lima puluh ribu lebih sedikit.
"Waduh, uangnya kurang nih...!" Jelas Fredy malu-malu. "Bisa ndak saya bayar lima puluh  ribu dulu, sisanya saya ambil ke rumah. Jaminannya KTP saya tinggalkan disini..."