Adagium yang sangat terkenal ini, adalah ucapan Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) seorang negarawan, orator, ahli hukum, dan filsuf Romawi. "Hostis aut amicus non est in aeternum; commoda sua sunt in aternum"--- lawan atau kawan itu tidak ada yang abadi; yang abadi hanyalah kepentingan," (https://id.wikipedia.org/wiki/Cicero).
Kata-kata Ciero ini sangat terkenal dan menjadi adagium internasional, yang tersebar ke seluruh dunia. Salah satunya melalui tulisan karya penyair terkenal Kahlil Gibran, sang penyair termashur kelahiran dan kebangsaan Libanon.
Kahlil Gibran adalah penyair dengan karya-karya terbaik ketiga di dunia setelah William Shakespeare dari Inggris dan Lao-Tzu dari Tiongkok (https://www.brilio.net/wow/)
Yang penting sekarang, semuanya itu harus dilakukan dengan penuh etika dan moral. Janganlah berdasarkan emosi, kebohongan, hoax, framing-framing, narasi-narasi, dan penggiringan opini melalui media massa maupun dalam pertemuan. Sehingga masyarakat menjadi bingung dan tidak tahu lagi yang mana yang benar. Karena kalau itu yang dilakukan, maka itu adalah suatu pembohongan publik.
Pelaku pembohongan public ini bersiap-siaplah menerima murka dari Yang Mahakuasa, sang empunya alam semesta ini. Karena apa yang kita tanam, maka itulah yang akan kita tuai. Jika kita menabur angin, maka pada saatnya kita akan menuai badai.
Kini semua sudah sangat adem dan jangalah di rusak lagi. Semua pihak sebaiknya mampu menahan diri, janganlah membuat gaduh. Semuanya harus instropeksi diri dan melihat ke dalam sebelum kita bicara, Â kata Ebiet G Ade.Â
Marilah kita memberikan kesempatan kepada bapak Presiden beserta jajarannya membangun negeri ini, terutama sekali dalam waktu dekat ini mengatasi pandemi Covid-19 agar cepat berakhir. Sehingga kehidupan bisa kembali berjalan normal, bukan hanya wacana New Normal.
Selain itu juga bagaimana bapak Presiden beserta jajarannya berupaya memperkuat posisi kita dalam menghadapi ancaman Tiongkok yang serakah dan ingin menguasai Laut Cina Selatan (baca: Laut Natuna Utara), yang salah satunya menyasar wilayah kedaulatan Republik Indonesia.
Selain upaya loby politik di tingkat internasional, negara juga perlu memperkuat lini pertahanan laut dan udara dalam keadaan ekonomi dan keuangan yang serba terbatas ini.
Salah satunya dengan cara memperkuat matra laut melalui pengadaan kapal perang dengan sistem alih teknologi, sehingga ke depannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya para putera-puteri terbaik bangsa mampu memproduksi senjata dan perlengkapan pertahanan secara massal secara cukup memadai untuk wilayah NKRI yang luas ini dengan produk made in Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI