21 Maret 2015
Fritz keluar dari air. Senyumnya mengembang, matanya bersinar-sinar. Fritz sudah yakin akan keputusannya. Ia akan hidup sebagai manusia. Seutuhnya.
Fritz adalah manuasia ikan. Ibunya, Arlene, Â adalah seekor puteri duyung, sedangkan ayahnya, Jan adalah manusia.
21 Maret 1997
Jan suka sekali berenang, menyelam dan berselancar. Laut adalah cintanya, laut adalah dunianya. Suatu kali Jan dan beberapa temannya berlibur di sebuah pulau, suatu malam setelah puas berpesta dan minum bir sampai mabuk, kira-kira jam 2 pagi Jan berjalan-jalan sendirian di pesisir pantai.
Saat itu bintang gemerlapan di langit Westerland, bulan pun tersenyum dengan cantiknya. Di pinggir pantai, seorang perempuan berambut pirang panjang sepunggung, sedang berdiri menghadap laut lepas. Dengan langkah sedikit sempoyongan, Jan mendekati gadis itu. Memastikan bahwa yang di hadapannya adalah seorang manusia, bukan hantu laut.
Mereka pun berkenalan, gadis cantik itu bernama Arlene. Ia pandai sekali bernyanyi, suaranya merdu, halus seperti nyanyian para peri.
Jan yang sedang mabuk, saat itu benar-benar merasa mabuk, tapi bukan karena bir, melainkan mabuk cinta. Cinta pada pandangan pertama.
Arlene pun mengajak Jan menyelam bersamanya, dan Jan pun setuju.
22 Maret 1997
Jan menghilang. Sahabat-sahabatnya mencarinya, tidak diketemukan. Setelah 48 jam, polisi menyatakan: Jan hilang.
29 Maret 1997
Satu minggu setelah Jan dinyatakan menghilang, tiba-tiba ditemukan seseorang yang mirip Jan terdampar di pinggir pantai di suatu kota nun jauh di sana, dekat patung Little Mermaid.
Pria itu hilang ingatan, hanya bisa beberapa patah kata dalam bahasa Jerman. Ia lupa namanya, ia hanya tahu bahwa Ia menikah dengan Puteri Duyung bernama Arlene.
Orang-orang tertawa mendengarnya. Sejak saat itu laki-laki itu masuk rumah sakit jiwa.
20 Maret 2015
Fritz merasa capek dan lelah. Ia bosan diolok-olok teman-temanya. Mereka mengatakan, Fritz bukanlah bagian dari mereka, Fritz adalah makhluk aneh. Hanya karena Fritz ditolak di paduan suara kerajaan laut, karena suaranya tidak semerdu teman-temannya. Hanya karena Fritz tidak diterima di Universitas Kerajaan laut, karena ia kalah cepat berenang dengan teman lainnya.
Besok adalah ulang tahun Fritz yang ke 18. Ia tahu, hadiah apa yang diimpikannya. Sudah berulang kali Fritz memunculkan diri ke daratan dan mengamati kehidupan manusia. Di ulang tahun yang ke 18 ini, ia ingin hidup sebagai manusia, ya manusia seperti ayahnya, ayah yang dikenal hanya melalui cerita-cerita ibunya.
22 Maret 2015
Fritz duduk di tepi pantai, perutnya lapar, tapi ia tak tahu harus makan apa. Seekor anjing laut mendekatinya. Anjing laut itu memandang Fritz bingung, lalu bertanya: apakah Fritz seorang manusia, atau seekor ikan?
Fritz menjawab: aku manusia.
Anjing laut tertawa tergelak-gelak. Manusia tidak ada yang bersisik, katanya.
Tapi aku manusia, kata Fritz. Maukah kau menolongku menghilangkan sisik di tubuhku? Tanya Fritz.
Anjing laut pun menghentikan tawanya. Ia terdiam.
Mari kubantu, kata anjing laut.
Lalu dengan gigi-giginya, dan dengan susah payah, anjing laut mencabut satu sisik yang ada di punggung Fritz.
Auwwwaaa..... Fritz berteriak.
Perih. Berdarah.
Mau kulanjutkan? Tanya anjing laut.
Fritz mengangguk.
Anjing laut pun mencabuti satu persatu sisik -sisik yang ada di sekujur tubuh Fritz.
Rasanya perih betul. Fritz hanya sanggup menahan sakit dan menggigit bibirnya. Tidak, laki-laki tidak boleh menangis.
Waktu terasa berjalan demikian lama hingga seluruh sisik yang ada di sekujur tubuh Fritz tercabut. Sekarang tubuh Fritz sudah bersih dari sisik, seperti bayi, kata anjing laut.
Tapi penuh dengan darah.
Ya, bayi pun ketika baru lahir penuh dengan darah, kata anjing laut. Selamat menjadi manusia.
Sekarang aku butuh pakaian, kata Fritz.
Disana, tunjuk anjing laut dengan kakinya, ada sepasang laki-laki dan perempuan sedang asyik berenang, pakaian mereka di lepas begitu saja di pinggir pantai. Kamu ambil saja pakaian laki-laki itu. Kata anjing laut.
Aku tidak pernah mencuri, kata Fritz.
Anjing laut terdiam. Aku juga, katanya. Tapi aku akan membantumu.
Dengan tergopoh-gopoh, anjing laut menarik kaos yang dilihatnya tergeletak di pinggir pantai, membawa ke arah Fritz, Fritz membawa lari, bersembunyi, kemudian mengenakannya. Begitu juga dengan celana dan jacket.
Aku lapar, kata Fritz kepada anjing laut.
Beberapa ratus meter dari sini, kata anjing laut, ada kedai makanan, kamu bisa mengambil sisa-sisa makanan di sana. Tapi aku tidak bisa menemanimu, aku harus tetap berada di dekat air. Selamat melanjutkan perjalananmu, anak manusia. Anjing laut kembali menuju air.
Sekarang Fritz sudah berpakaian, beberapa ratus meter di depannya ia melihat kedai makanan, tapi Fritz merasa sedih, benarkah untuk menjadi manusia ia harus mencuri?
Setelah sampai di dekat kedai makanan, Fritz melihat mereka makan Fisch-Brötchen, roti dengan ikan bakar. Fritz muntah-muntah melihatnya, sekarang dia benar-benar hampir menangis melihat ikan-ikan yang dibakar kemudian di santap oleh manusia-manusia itu. Ikan-ikan itu adalah teman-teman Fritz..
23 Maret 2015
Fritz menumpang truk yang lewat di pinggir jalan, tujuannya ke kota.
Sementara itu darah yang berada di sekujur tubuh Fritz mengering, bau amis. Ketika Fritz naik kereta (diam-diam tanpa membeli karcis), semua orang di wagon itu menarik syal agak ke atas untuk menutup hidung.
Es stinkt, bau, Â kata seorang anak. Ibunya menegur anak itu.
Fritz menutup kepalanya dengan jaket curiannya. Berusaha agar bau amis tertahan di balik pakaiannya.
24 Maret 2015
Fritz benar-benar lapar. Ia nyaris pingsan. Untuk makan, ia membuka tong sampah berwarna hijau dekat kedai makanan. Ada berbagai macam makanan sisa yang dibuang ke tempat sampah itu, tapi Fritz hanya mengambil dedaunan sisa salad yang tidak habis dimakan oleh pembeli.
Untuk minum, Fritz minum langsung dari kran air yang disediakan di taman-taman kota.
26 Maret 2015
Fritz tidak tahan lagi.
Untuk bertahan hidup sebagai manusia, ia harus mencuri atau mengais-ngais makanan di tempat sampah. Selain itu pandangan jijik orang-orang terhadapnya, atau sambil menutup hidung ketika lewat di hadapannya.
Mungkin aku harus mandi untuk menghilangkan bau ini dari tubuhku, pikir Fritz.
27 Maret 2015
Di Danau Alster, Fritz membuka pakaiannya, beberapa orang berteriak.
So ein verrückter Mensch, ich rufe die Polizei an..., orang gila, lebih baik saya telpon polisi, kata beberapa orang.
Fritz semakin mendekati air, ketika ujung kakinya menyentuh air, tiba-tiba sisik-sisik di tubuhnya muncul kembali. Fritz tersenyum bahagia, ia makin memantapkan dirinya, semakin dalam menuju air...
-Mentari-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H