Terkadang, ada hal yang mestinya dilupakan, tapi saya tidak mau melupakannya karena terlalu banyak kenangan disana. Istilahnya, 'sayang untuk dibuang'. Padahal, membuang sesuatu yang perlu dibuang, itu wajib.
Ibaratnya, saya tidak mau membiarkan sampah menumpuk di rumah. Meskipun sampai itu berbentuk kresek dari brand fashion terkenal. Sampah tetaplah sampah. Jika tidak dibuang, maka jadi penyakit.
Sama halnya dengan kenangan. Kalau ada kenangan yang harus kita buang, ya buang saja. Meski dalam kenangan ada sisa-sisa indahnya, tapi kalau mendatangkan "penyakit" bagi hidup saya di masa depan, ya, buang saja.
Kenangan yang indah tidak semuanya memberi pengaruh baik untuk kita. Terkadang, kenangan indah membuat kita terlena sehingga sulit bangun dari mimpi. Terlena dengan mimpi sampai lupa pada kenyataan. Itu salah, kan?
Pada hal yang lebih spesifik, melupakan yang paling susah dilakukan adalah melupakan kesedihan. Bukan hal bijak, menangisi kesalahan dan hal-hal yang telah pergi.
Kedua, saya harus mengingat apa yang harusnya saya ingat.
Setelah berhasil melupakan, yang tersisa kini adalah hal yang saya ingat. Ingatan itu bukan selalu kenangan. Ingatan itu adalah harapan dan kasih sayang.
Saya perlu mengingat harapan karena dengan itulah saya bisa bertahan. Sekecil apapun harapan, akan tetap berharga untuk terus punya motivasi mewujudkan satu persatu tujuan-tujuan hidup.
Namun, harapan juga perlu dibatasi. Jangan berlebihan. Harapan yang berlebihan sama saja seperti menaikkan ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau ekspektasinya salah, yang mendapatkan sakitnya saya sendiri.
Kasih sayang juga perlu diingat.
Terkadang, saya lupa siapa saja orang yang sungguh-sungguh menyayangi saya. Ada perhatian-perhatian kecil yang seringkali saya abaikan. Sikap baik orang tua, kakak atau adik, saya anggap sebagai hal biasa saja.