Saya hanya menyaksikan dan merekam prosesi ini. Dengung gamelan Sasak indah berbunyi. Tengah hari setelah kerbau (kaok, dalam bahasa sasak) disembelih dan dagingnya dipotong-potong kecil, lalu dimasukkan ke dalam kuali besar di atas tungku perapian. Ini untuk santapan bersama nanti. Perlahan dengung gamelan melambat, datanglah dari kejauhan pemuda-pemuda dengan kendi berisi air suci dari dua belas mata air, dikumpulkan atas arahan pemangku adat setempat. Semua mendekat saat makam leluhur dikelilingi tujuh kali.
Dan semua berakhir saat perang topat dimulai. Semua berlari saling lempar saling menghindar. Sekejap semua bersuka cita, berharap tahun berlalu dengan panen yang semakin melimpahi negeri. Budaya Ngayu-ayu untuk negeri semakin rahayu. Inilah cara mencintai ibu pertiwi.
Catatan
Rahayu : baik, bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H