Ketika balik kampung, suatu sore dikesempatan bertemu kawan SMA, yang sampai sekarang tetap setia dengan sawahnya.
Percakapan ringan kesana kemari seputar nostalgia dan aktivitas bertaninya, sampai pada satu topik menarik.
"Sekarang lagi nanem apa bro?"
"Lagi mulai buah naga jes, sama sebagian sudah saya tanami jeruk, dan sudah panen dua kali, lumayan lah".
"Pantesan bro, swa sembada pangan susah diwujudkan. Laa para petani seperti kamu sudah gak mau nanam padi", guyonku.
"Ya masalahnya kan hasil jes, kalau ngandalin padi susah".
"Susah gimana?"
"Gini jes, aku kasih tahu hitungan kasar-kasaran aja ya?".
"Nanam padi daerah sini, setahun bisa tiga kali, tapi yang paling bagus hasilnya adalah musim tanam pertama".
"Hitungan kasarnya begini, kalau kita punya sawah satu hektar, di daerah sini, paling bagus bisa menghasilkan 7 ton gabah kering panen".
"Itu hitungan paling bagus jes".
"Taruh harga gabah kering panen satu kilo 4000 rupiah laah, saat ini bulog beraninya ambil 3800 saja".
"Maka 7 ton gabah menghasilkan 28 juta".
"Kurangi dengan ongkos produksi, seperti bibit, pupuk, tenaga kerja, ambil mudahnya paling ngirit 5 juta, berarti 28 dikurangi 5, jadi 23 juta".
"Persiapan lahan, masa tanam, dan pengistirahatan sawah, anggaplah 4 bulan".
"Jadi penghasilan tanam padi untuk satu hektar sawah perbulan, 23 dibagi 4, jadi 6 juta kurang".
"Itu perhitungan sangat optimis jes, realitanya, kalau kena penyakit dan lain lain bisa dibawah itu, mungkin bisa jauh".
"Dan yang perlu diingat, 6 juta itu kalau aku punya 1 hektar, laa warisanku setengah aja gak lengkap...hahaha".
"Anggap lah aku punya setengah hektar, 3 juta perbulan, buat makan, anak sekolah mau kuliah, dan lain lain, apa cukuuuup?".
"Kalau hasil dari jeruk dan buah naga, pengalaman kawan kawan jauh melebihi hasil menanam padi, jadi ya jangan salahkan kami para petani, hahaha".
Kawanku mengakhiri penjesannya dengan tertawa ringan.
"Ya harusnya petani mengusahakan harga gabahnya dibeli lebih tinggi dong, bulog harusnya bisa mengakomodasi itu" lanjutku sekenanya.
"Memangnya orang kota seperti kamu tidak akan demo kalau harga beras naik cukup tinggi, demi untuk kesejahteraan petani padi hahahaha?".
Aku manggut manggut saja sembari menyeruput kopi yang sedikit terasa pahit, untuk kemudian tersenyum dengan senyum yang pasti kelihatan pahit juga.
Jika sebagian petani enggan menanam padi karena harga gabah yang tidak menggiurkan, maka pasokan gabah tidak akan mampu memenuhi kebutuhan beras masyarakat. Jika ini terjadi, maka harga beras akan perlahan merayap tinggi diikuti oleh inflasi. Sehingga pada akhirnya masyarakat akan makin teriak, dan ini tidak boleh terjadi pada tahun tahun politik sekarang ini.
Ada solusi import beras untuk menghindari kekacauan yang bisa terjadi, tetapi itu berarti menekan harga gabah pada level sebisa mungkin seperti sekarang ini. Artinya, sebagian petani yang terpaksa harus setia menanam padi, kesejahteraannya akan tetap terkebiri.
Hmmm...ternyata tidak sederhana permasalahan harga beras dan kesejahtera petani padi. Tidak semudah saya berhayal dan mengetik seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H