Mohon tunggu...
Aloysius Kristiawan
Aloysius Kristiawan Mohon Tunggu... Guru - Menabur Gagasan

Aloysius Kristiawan, S.Ag., Praefect Studiorum Seminari Menengah Santo Paulus Palembang. mengajar Pendidikan Agama, Logika dan Public Speaking.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga dan Masyarakat sebagai Basis Pendidikan

2 Mei 2020   07:30 Diperbarui: 2 Mei 2020   07:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dan peranan yang diberikan oleh masyarakat. Sebuah keluarga tentu hidup dan tinggal bersama di dalam suatu lingk-ngan masyarakat. Singkatnya, kehidupan masyarakat menjadi tempat ujian pendidikan yang diterima seseorang di dalam keluarga.

Dinamika dari aneka persoalan di dalam keluarga biasanya akan semakin meningkat ketika melibatkan masyarakat. Segala kemungkinan bisa terjadi. Kuatnya nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat sangat berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang. Pengaruhnya dapat berupa dukungan dan peneguhan, atau bahkan pertentangan dan pelemahan terhadap nilai-nilai yang ditanamkan dalam keluarga.

Pendidikan formal di sekolah merupakan proses lanjutan atas pendidikan yang diterima seorang pribadi. Sebagai proses lanjutan, maka sejatinya sekolah bukanlah tempat yang mampu mengubah secara total sikap dan perilaku seorang peserta didik menjadi berbeda dari yang sudah terbentuk dalam keluarga dan masyarakat.

Sekolah menjalankan fungsi pendidikan dalam arti educare, yaitu 'membangunkan' kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan potensial yang dimiliki anak. Disadari bahwa, selain ada nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga dan masyarakat, dalam diri seorang anak ada kekuatan terpendam yang harus digali dan diakomodasi secara formal. Penyadaran akan peran hati nurani dan akal budi menjadi menu utama dalam proses educare ini.

Namun, jika pendidikan formal tidak mampu dialami karena biaya yang tak terjangkau, maka masyarakat memiliki tanggung jawab untuk membuka diri sebagai tempat membangun dan melatih seseorang untuk belajar mempersiapkan keahlian dan profesinya yang khusus (Lewis Adams, 1965). Sebab, secara praktis setiap orang toh akan kembali kepada masyarakat. Maka perlu penegasan kembali bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak demi kemajuan bersama sebagai bangsa Indonesia. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun