Mahasiswa lulusan Universitas Terbuka (UT) bisa melanjutkan studi lanjut ke luar negeri menggunakan ijazah yang diterbitkan oleh UT. Saat ini banyak masyarakat keliru memahami tentang UT, mereka beranggapan bahwa pendidikan di UT kurang berkualitas karena menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sehingga ada pertanyaan apakah ijazah UT bisa untuk mencari pekerjaan atau tidak? Bisa untuk studi lanjut di dalam negeri atau luar negeri?
Ternyata, Arfian Rizka Permana, telah membuktikan, ia yang lulusan S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka (UT), tengah menempuh pendidikan di salah satu kampus terbaik dunia, Monash University. Ketika wawancara online dengan penulis, saat ini Mas Ija (nama panggilannya), tengah menempuh pendidikan Master of Accounting Specialization on Forensic di Monash University.
Mas Irja, begitu nama panggilan yang biasa disapa oleh temannya, ia ingin sekali menjadi Peneliti dan Ahli di bidang Akuntansi Forensik. Banyaknya praktik kriminal dalam dunia bisnis dan pemerintahan seperti tindak korupsi, penyuapan, gratifikasi, pungutan liar, dan maraknya isu-isu sosial lainnya yang berhubungan dengan praktik kecurangan (fraud) telah mendorong munculnya ilmu akuntansi forensik.
Lebih jauh, ia ingin berkontribusi dalam meningkatkan upaya yang dalam pencegahan, pendeteksian dan pengungkapan kecurangan yang ditemukannya indikasi adanya kecurangan di instansi pemerintah atau swasta lainnya.
Melalui wawancara singkatnya mahasiswa S2 Monash University ini, Arfian mengungkap salah satu mimpinya untuk menjadi ahli di bidang akuntan forensik untuk menyelidiki insiden penipuan, penyuapan, pencucian uang, dan penggelapan dengan menganalisis catatan keuangan dan transaksi.
Bekerja sambil kuliah di UT
Kuliah di UT sangat cocok untuk orang yang sudah punya kesibukan. Sebab hanya UT yang memiliki metode kuliah yang mendukung kegiatan kerja sambil kuliah. Dengan sistem pembelajaran online, maka dapat dipastikan jadwal kuliahnya tidak mengikat, setiap mahasiswa dapat mengatur sendiri jadwal kuliahnya.
Selain itu, Arfian bekerja sebagai Penelaah Keberatan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nusa Tenggara Barat. Penelaah Keberatan mempunyai tugas melakukan penelaahan terhadap pemohonan keberatan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Dengan bekerja sambil kuliah di UT, ia berupaya menjalani peran ganda sebagai pegawai sekaligus sebagai mahasiswa memang yang terasa sulit, namun kedua aktivitas ini sangat bisa dijalankan dengan beriringan.
Ia juga berharap bahwa kuliah sambil bekerja, dapat menerapkan teori yang dipelajarinya ke dalam konteks praktis. Hal ini dapat membantu dalam memahami materi yang diajarkan secara lebih baik.
Sambil bekerja, Arfian kuliah S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka (UT). Ia  bercita-cita mampu menganalisis informasi keuangan dan masalah-masalahnya dalam entitas bisnis dengan baik. Dari pengalaman berkuliah itulah ia terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan S2 Master of Accounting Specialization on Forensic di Monash University.
Ia juga berharap bahwa Indonesia bisa benar-benar mengimplementasikan penggunaan akuntansi forensik, agar Indonesia tidak tertinggal dalam hal pengungkapan kasus korupsi melalui sinergi antar lembaga-lembaga antikorupsi.
Lulusan UT, S2 ke Australia
Bukan rahasia kalau untuk kuliah di luar negeri butuh biaya yang tidak sedikit, karena itulah banyak pelajar yang mengincar beasiswa untuk bisa kuliah ke luar negeri yang banyak disediakan oleh beragam lembaga.
Salah satunya adalah Mas Ija, sangat beruntung dapat berkuliah di S2 di Monash University dengan mengambil jurusan Master of Accounting Specialization on Forensic, tiba di Australia sejak Februari 2023 dengan melalui jalur beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
"Saya bersyukur karena jika melihat ke belakang, saya bekerja pada Direktorat Jenderal Pajak selama 12 Tahun, dengan jabatan Penelaah Keberatan, sambil kuliah S1 di UT mengambil jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka. Saya bersyukur sekali," ujarnya ketika bercerita pengalamannya melalui teks Whatsap kepada penulis
Dengan beasiswa LPDP tersebut, Arfian menjadi contoh bagi anggota keluarganya yang dapat mengenyam pendidikan tinggi hingga ke jenjang S2 di luar negeri.
"Bisa dibilang saya bukan termasuk ke dalam orang yang cukup istimewa, saya sangat bersyukur sekali," tambahnya. LPDP memberikan beasiswa penuh kepada Arfian seperti pemberian biaya kuliah yang langsung dibayarkan oleh LPDP ke Monash University.
Berkuliah di Monash University merupakan salah satu mimpi Arfian. Ia telah lama tertarik berkuliah di negeri Kanguru tersebut.
Persiapan Mendapat Beasiswa
Beasiswa luar negeri merupakan impian sekaligus tantangan bagi kebanyakan orang, tetapi untuk mendapatkannya bukanlah hal yang mudah. Sehingga, persiapan yang baik adalah awal dari segalanya.
Mas Ija, menceritakan persiapan apa saja yang ia lakukan untuk mendapat beasiswa tersebut. Ia memperdalam TOEFL IBT dengan belajar scecara mandiri melalui beberapa free resources, di antaranya Youtube, Smalltalk, Digitaleduka, Testglider, Grammarly, dan Virtual Writing Tutor.
Menurut Arfian, pembuatan essay memerlukan keseriusan dan kegigihan, karena essay menjadi sesuatu yang benar-benar menggambarkan pemikiran kita.
Dirinya bahkan membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan dalam menyelesaikan essay tersebut. Untuk meyakinkan essaynya, ia belajar essay  secara mandiri melalui beberapa free resources, di antaranya Youtube dan Grammarly, juga berkonsultasi dengan teman yang telah memperoleh beasiswa di  luar negeri. Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H