Mohon tunggu...
Memei Landak
Memei Landak Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jago

12 Oktober 2015   13:26 Diperbarui: 12 Oktober 2015   13:26 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Itukan anak kau, aku kan nggak! Anakku nggak! Kenapa pula ikut kena laknat!”

“Ku dengar anak kau keluar dari sekolah, Jun?” Tiba-tiba angin berhembus, membawa kebisuan, kebekuan di hati Junaidi.

***

SESUAI undangan Pak Salim, pada Minggu pagi, warga berkumpul di balai desa.  Ada tamu penting dari kota, hendak menyampaikan sesuatu yang teramat penting, entah sepenting apa.

“Bapak, kenal mereka?” Pak Arpan mengangkat bahu,“Mungkin mereka orang-orangnya Pak Kades.” Junaidi manggut-manggut.

Seperti bertemu saudara lama, dengan senyum mengembang, mereka, orang-orang berbaju biru, amat sangat ramah menyambut kedatangan warga.

Seolah sudah berkawan lama, mereka sangat memahami macam-macam kesulitan yang dialami warga. Seolah keluarga dekat, mereka bersedia membantu segala yang dibutuhan warga. Seperti kedua orang tua, mereka juga sangat tahu apa yang terbaik untuk warga. Disaat-saat keadaan mencekik seperti ini, Junaidi dan warga menganggap mereka semacam malaikat yang turun dari langit.

Sepulang dari balai desa. Masing-masing membawa sebuah kalender, kaos biru, kartu nama biru yang berisi nama sang malaikat lengkap dengan segala titel dan nomer telepon.

Malaikat berseragam biru, seperti sangat memahami betapa morat-maritnya perekonomian Junaidi. Mereka seolah tahu, betapa Junaidi sangat butuh uang untuk biaya sekolah anaknya, belanja sehari-hari Istrinya. Seolah ada yang membisikkan, sudah dua bulan lebih Junaidi tak ada penghasilan. Maka, tanpa diminta, Junaidi dan warga diberinya amplop. Isinya tak tanggung-tanggung cukup untuk menyambung hidup selama sebulan kedepan.  

Dua hari berikutnya, datang lagi tamu dari kota, tak kalah baik dari yang sebelumnya. Kali ini, mereka berseragam kuning. Malaikat berseragam kuning, begitu Junaidi menyebutnya.

Lagi, sebuah kalender, kaos kuning, kartu nama kuning berisikan nama sang malaikat lengkap dengan segala titelnya dan nomer telepon dibagikan ke semua warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun