Hal tersebut membuat Gita kesulitan memahami rumus. Dia masih tetap berjuang karena jika tes Studienkolleg tidak lulus, dia tidak diterima masuk perkuliahan di sana dan akan dipulangkan ke Indonesia. Berbagai cara dilakukannya untuk dapat lulus tes tersebut.
Kesulitan lain yang dihadap Gita adalah penguasaan Bahasa Jerman. Walaupun dia sudah mengenal Bahasa Jerman dengan mengikuti kursus sejak kelas 11 SMA, hal ini kurang bisa membantu Gita ketika belajar yang sebenarnya di Jerman. Dia tetap masih berjuang dengan giat berlatih supaya menguasai Bahasa Jerman, dimana saat itu dia juga menempuh program Studienkolleg.
Bahasa Jerman menjadi menjadi syarat mahasiswa baru karena bahasa pengantar kuliah di Jerman adalah bahasa Jerman itu sendiri. Akhirnya, Gita dapat melewati tes dengan nilai sangat baik. Dia berhasil masuk universitas paling bergengsi di Jerman yaitu Freie Universitt Berlin jurusan Kimia Murni.
Perjuangan Gita masih berlanjut. Hubungan asmaranya kandas karena Long Distance Relationship. Dia merasa dikhianati dan kecewa. Namun, hidup masih berlanjut, dia dipertemukan dengan Paulus yaitu mahasiswa Indonesia juga yang baru selesai menempuh program Studienkolleg. Dia merasa hubungannya dengan Paul lama-kelamaan bukan hanya sebatas teman tetapi ada rasa saling suka. Dia bimbang karena dia dan Paul beda agama.
Dia tidak mau memaksa orang untuk pindah agama. Dia sadar bahwa hidayah itu datangnya bukan dari manusia melainkan dari Allah. Suatu hari Paul ditimpa musibah, dia tidak tahu harus berdoa kepada siapa dan pada akhirnya dia memutuskan untuk pindah agama menjadi Islam. Tinggal di Jerman membuat Gita makin mendalami Islam. Dia memutuskan untuk berhijab.
Kisahnya perjuangannya sebagai mahasiswa jurusan Kimia Murni di Freie Universitt Berlin terus berlanjut hingga tujuh tahun lamanya. Banyak pengalaman serta pelajaran yang Gita dapatkan selama tujuh tahun di Jerman. Untuk pertama kalinya dia menulis buku yaitu buku ini, pengalaman dan perjalanan hidupnya dituliskan dalam buku ini. Semua pengalamannya itu mengubah dia menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa memahami artinya hidup.
Buku ini memiliki keunggulan dari segi alurnya yang mudah dipahami sehingga pembaca merasa nyaman membacanya sampai tidak terasa sudah sampai di bab akhir. Selain itu, buku ini juga menginspirasi pembaca karena banyak motivasi yang bisa diambil untuk diterapkan di kehidupan.
Kelemahan buku ini dilihat dari segi pilihan kata yang banyak menggunakan bahasa Inggris tanpa disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Selain itu, buku ini terlalu singkat untuk menceritakan sebuah autobiografi.
Buku ini cocok dibaca untuk semua orang, karena membaca buku ini pembaca akan mengerti bagaimana seharusnya menghadapi kehidupan yaitu semua yang diinginkan tidak dapat terwujud tanpa berusaha dengan keras. Buku ini juga mengajarkan pembaca untuk belajar ikhlas dan bersyukur dalam menjalani kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H