Pendidikan merupakan  hal yang terus ramai diperbincangkan setiap waktu. Hal ini dikarenakan pendidikan menjadi salah satu parameter kemajuan sebuah negara. Maju atau tidaknya sebuah negara, dapat dilihat dari kualitas pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan oleh negara tersebut. Sehingga tidak jarang kurikulum pendidikan mengalami evaluasi dan revisi, tidak terkecuali di Indonesia.
Pada era milenial ini seiring dengan berkembangnya teknologi canggih, pendidikan turut mengadaptasi teknologi tersebut untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Perkembangan ini juga tidak luput dari segi psikologi dimana kesehatan mental dan well-being dalam pendidikan mulai disoroti. Dengan berkembangnya awareness terkait mental health dan well-being siswa, maka mulai muncul juga model pembelajaran yang mendukung dua hal tersebut, yaitu positive education.
Positive education atau pendidikan positif adalah sebuah model pendidikan yang memiliki unsur psikologi positif di dalamnya. Pendidikan positif merupakan kombinasi atau gabungan dari prinsip-prinsip pendidikan tradisional dengan studi yang berkaitan dengan kebahagiaan dan well-being siswa, yaitu Model PERMA milik Martin Seligman dan klasifikasi VIA. Pendidikan positif ini didasarkan dari studi saintifik tentang perkembangan manusia dan juga pendekatan terapan optimal untuk mencapai fungsi yang optimal. Model pendidikan ini diharapkan dapat menjadikan individu berkembang dengan tidak mengabaikan kesehatan mental dan well-being siswa.
Apa itu Model PERMA?
Model PERMA adalah gagasan oleh Martin Seligman mengenai 5 elemen utama yang menjadi faktor penting dalam well-being jangka panjang seseorang, yaitu:
1. Positive Emotion (emosi positif), terkait dengan emosi positif seperti kegembiraan, rasa syukur, dan harapan.
2. Engagement (Keterlibatan), sepenuhnya terlibat dalam aktivitas yang mengasah bakat.
3. Relationship (Hubungan yang Positif), merujuk kepada hubungan yang positif dan mendukung di saat sulit.
4. Meaning (Pemaknaan), diartikan dengan menemukan makna atau arti yang signifikan dalam sesuatu yang kita yakini.
5. Accomplishment (Pencapaian), termasuk di dalamnya mengejar kesuksesan, meraih prestasi dan menguasai sesuatu.
Selanjutnya Seligman menambahkan 'H' untuk Health atau kesehatan di dalamnya, yang meliputi aspek-aspek seperti olahraga, tidur yang cukup, dan terpenuhinya nutrisi dalam tubuh.
Geelong Grammar School (GGS) yang bertempat di Australia dianggap menjadi model terjadinya pendidikan positif, karena merupakan sekolah pertama yang mengaplikasikan pendekatan psikologi positif di dalam sekolah. Di GGS, seluruh guru dan staf berpartisipasi secara aktif untuk menjalankan program pendidikan positif ini.Â
Seluruh guru mendapatkan pelatihan terkait pendidikan positif dan psikologi positif serta bagaimana cara menerapkan ajaran yang baik bagi siswa sehingga tidak menjadi tekanan yang berarti bagi siswa. Pendidikan positif ini dimasukkan ke dalam seluruh mata pelajaran yang ada di GGS. Para siswa juga mendapatkan pelajaran tentang psikologi positif.
Sumber :Â
Norrish, J. M., dan Seligman, M. E. (2015). Positive Education: The Geelong Grammar School Journey. Oxford Positive Psychology Series.
Positivepsychology.com. (2020). What is Positive Education, and How Can We Apply It?.
Slemp, G. R., dkk. (2017). Positive Education in Australia: Practice, Measurement, and Future Directions. Social and Emotional Learning in Australia and the Asia-Pacific.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H