Misalnya, adanya kolom komentar atau fasilitas yang dapat digunakan pembaca untuk lebih interaktiv seperti menyebarkan/membagi (Share) berita  kepada khalayak luas secara online.
Cara produksi konten jurnalis dulu dengan sekarang tidak banyak yang berubah. Namun berbeda dari cara bagaimana jurnalis saat ini dapat menggunakan teknik naratif dan menggabungknannya dengan elemen multimedia.
Tulisan karya John Brach berjudul "Snow fall : The Avalanche at Tunnel Creek" yang dipublikasikan oleh The New York Times pada tahun 2012 menjadi contoh bentuk konten jurnalisme multimedia.
Snow fall mampu menarik kunjungan sebanyak 3 Juta setelah 10 hari diterbitkan. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa pembaca lebih tertarik jika tulisan lebih interaktif. Jika cerita yang diberikan terlalu monoton kemungkinan pembaca akan kehilangan minat dengan cepat.
Oleh karena itu, Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat konten jurnalisme multimedia:
1. Â Melengkapi bukan mengulangi, Jika menggunakan dua elemen, misalnya teks dan video maka keduanya harus saling berkaitan.
2. Â Mengintegrasikan jenis media. Jangan meminggirkan media visual. Jangan mengistimewakan teks. Tempatkan grafik informasi di tempatnya menyajikan cerita, bukan tata letak.
3. Â Simpel, Tulisan yang dibuat harus sederhana jangan berbelit-belit.
4. Â Visual sebagai daya tarik
5. Â Interaktivitas, berikan berbagai fasilitas agar pembaca ikut serta aktif dalam konten.
6. Â Pengalaman imersif, misalnya dengan menambahkan hyperlink yang dapat membawa pembaca kepada pengalaman yang berbeda.