Mohon tunggu...
Melyana Argaditha
Melyana Argaditha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Ilmu Komunikasi

Try to learn more

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnalisme Multimedia, Sejauh Mana Media Mengubah Aktivitas Jurnalis

9 Maret 2023   13:39 Diperbarui: 9 Maret 2023   13:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemunculan internet telah membuka media-media baru masuk ke dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah dalam kegiatan jurnalis. Berbagai media dimanfaatkan untuk menjadi perantara antara masyarakat dengan jurnalis.

Media dari hari ke hari terus berkembang menjadi tantangan bagi setiap jurnalis agar dapat mengikuti arus perkembangan. Seorang jurnalis ditantang memiliki kecakapan dan keterampilan baik dalam menggunakan media.

Keterampilan dalam memproduksi konten menjadi elemen yang penting bagi jurnalis. Tidak hanya menjadi seorang pencerita, tetapi juga bagaimana memanfaatkan media untuk menghasilkan cerita tersebut agar menarik.

Perubahan cara kerja jurnalis memunculkan istilah baru yang sering kita dengar yaitu Jurnalisme multimedia.  Multimedia secara intinya adalah kombinasi teks, foto, video, audio, grafik, dan interaktivitas yang disajikan disitus web. Sedangkan, Jurnalisme multimedia merupakan jurnalis yang bisa bekerja secara efektif menggunakan lebih dari satu medium, (Wenger & Potter, 2008).

Perubahan Aktivitas Konsumsi Konten Jurnalis

Media memiliki peran penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Keberadaan media menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menikmati suatu informasi, berita atau hiburan dengan mudah.

Seiring perkembangan media, cara konsumsi konten berita yang dilakukan oleh masyarakat juga turut berubah. Keberadaan masyarakat bukan lagi menjadi sekelompok pembaca yang pasif. Tapi Justru menjadi penentu daya serap portal berita yang disampaikan.

Hal inilah yang menjadi salah satu keunggulan pembaca di era jurnalisme multimedia saat ini. Masyarakat menjadi audience control  atau kendali pembaca pada konten jurnalis. Pembaca dapat dengan bebas dan leluasa memilih berita yang diinginkan.

Perubahan Aktivitas Produksi  Konten Jurnalis

Pada praktiknya seorang jurnalisme multimedia harus terbiasa mulai mengubah cara kerjannya. Sebagai contoh kasus, Redaksi Financial Times dan The guardian yang mengatasi persoalan ini dengan cara melatih jurnalisnya memproduksi konten tidak hanya teks.

Seorang jurnalis harus memiliki keterampilan dalam menggunakan berbagai media dan membuat konten dengan melibatkan unsur multimedia yaitu audio, video, foto, grafis, dan interaktivitas.  Interaktivitas yaitu memungkin adanya peningkatan partipasi pembaca dalam setiap berita.

Misalnya, adanya kolom komentar atau fasilitas yang dapat digunakan pembaca untuk lebih interaktiv seperti menyebarkan/membagi (Share) berita  kepada khalayak luas secara online.

Cara produksi konten jurnalis dulu dengan sekarang tidak banyak yang berubah. Namun berbeda dari cara bagaimana jurnalis saat ini dapat menggunakan teknik naratif dan menggabungknannya dengan elemen multimedia.

Tulisan karya John Brach berjudul "Snow fall : The Avalanche at Tunnel Creek" yang dipublikasikan oleh The New York Times pada tahun 2012 menjadi contoh bentuk konten jurnalisme multimedia.

Snow fall mampu menarik kunjungan sebanyak 3 Juta setelah 10 hari diterbitkan. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa pembaca lebih tertarik jika tulisan lebih interaktif. Jika cerita yang diberikan terlalu monoton kemungkinan pembaca akan kehilangan minat dengan cepat.

Oleh karena itu, Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat konten jurnalisme multimedia:

1.  Melengkapi bukan mengulangi, Jika menggunakan dua elemen, misalnya teks dan video maka keduanya harus saling berkaitan.

2.  Mengintegrasikan jenis media. Jangan meminggirkan media visual. Jangan mengistimewakan teks. Tempatkan grafik informasi di tempatnya menyajikan cerita, bukan tata letak.

3.  Simpel, Tulisan yang dibuat harus sederhana jangan berbelit-belit.

4.  Visual sebagai daya tarik

5.  Interaktivitas, berikan berbagai fasilitas agar pembaca ikut serta aktif dalam konten.

6.  Pengalaman imersif, misalnya dengan menambahkan hyperlink yang dapat membawa pembaca kepada pengalaman yang berbeda.

Meskipun media internet telah membawa perubahan pada cara produksi dan konsumsi jurnalisme multimedia. Tapi bukan berarti jurnalis dapat mengabaikan kepentingan bersama.

Berita (Konten) yang dibuat semestinya dapat bermanfaat untuk kepentingan publik. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan konten yang dapat membantu semua orang untuk memahami dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun