Mohon tunggu...
Melvin Firman
Melvin Firman Mohon Tunggu... wiraswasta -

" hanya orang biasa yang suka iseng nulis-nulis apa yang teringat, terlihat dan terasakan tanpa basa basi dan apa adanya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama Kulit Ari

9 Maret 2018   19:07 Diperbarui: 9 Maret 2018   19:25 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika mereka memang faham secara tajam isi kitab suci itu, mengapa hanya kulit luarnya saja yang tampak dalam aplikasinya. 

  • Mereka hanya sibuk memperbaiki yang tampak tetapi membiarkan membusuk sesuatu yang tak tampak. 
  • Mereka memanjangkan sesuatu yang berada di luar kepala, tetapi memendekkan sesuatu yang berada di dalam kepala mereka.
  • Memendekkan penutup kaki mereka, tetapi lupa untuk memanjangkan esensi dari fungsi kaki itu sendiri.
  • Mereka menyatu dengan golongan yang sedikit dan mengabaikan orang yang banyak.
  • Mereka memaksakan sesuatu yang kecil tak berdampak apa-apa tetapi menafikan sesuatu yang besar yang secara langsung bersinggungan dengan orang banyak bahkan dengan mereka sendiri.  
  • Ajaran yang disampaikan hanya untuk kepentingan duniawi; ,kekayaan, jati diri, bisnis online, kekuasaan, popularitas, bahkan rela melacurkan agama sekadar untuk mendapatkan jodoh lagi. (Ckckckc..belajar agama koq gitu )!

Pengetahuan yang dalam tentu akan bisa diperoleh lewat pemahaman yang tajam. Itu semua tentu sangat erat berhubungan dengan otak yang tajam pula. Karena dengan otak yang tajam, maka pemahaman pun akan tajam, karena dia tajam maka akan terus menggali lebih dalam dan pada akhirnya pengetahuan pun akan menjadi lebih dalam. Pengetahuan yang dalam akan menelurkan kebijaksanan. Faktanya sekarang : lagi-lagi Nol besar.

Lantas apalagi yang salah ? Jangan-jangan yang merasa pintar dan ber "open mic" dari mimbar ke mimbar itu tidak memiliki otak yang tajam. Sehingga sewaktu belajar di luar sana karena bea siswa pemerintah itu, tidak bisa menggali lebih dalam tentang pengetahuan yang di dalaminya. (tumpul sich paculnya !!!).

Akibatnya daya serap mereka hanya sedikit, maka nya yang keluar juga hanya kulit ari saja. Sebab jika otak tajam, pemahaman akan tajam, pengetahuan pun semakin dalam. Pengetahuan yang dalam menghasilkan kebijaksaan, kebijaksaan menelurkan keadilan dan keadilan terwujud atas kesabaran. Kesabaran akan menumbuhkan keteguhan hati dalam berbuat baik. Sehingga akhirnya kan tergambar dengan tingkah laku yang terpuji di tengah-tengah masyarakat yang plural ini.  Dan sudah pasti mereka yang seperti ini bisa di terima di semua golongan masyarakat. Muaranya agama rahmat bagi semua umat tentu akan terwujud. Kira-kira begitulah menurut saya esensi dari kutipan di atas.  

Jadi kesimpulannya, Jika semuanya itu telah terwujud, maka ;

  • Tidak akan ada lagi pengkhotbah kw kw an
  • sehingga musnah sudah penyembah para pengkhotbah;
  • Tidak akan ada lagi pebisnis agama, karena memang semua yang berbau agama telah didewa-dewakan sebatas kerongkongannya saja
  • Tiada lagi yang saling salah menyalahkan, sesat menyesatkan, karena sejatinya kebenaran itu hanya milik Sang Pembuat Kebenaran.
  • Kembalikan nama Tuhan pada tempatnya, jangan mengobralnya di kaki lima.
  • Jangan berbuat zhalim kepada makhluknya dengan membawa nama tuhan, karena sesungguhnya faktanya engkau sedang menzhalimi Tuhan.

Sekian dulu my friend, terima kasih sudah mau meluangkan waktu membaca tulisan sederhana ini. Semoga bisa menjadi bahan lamunan bagi kita (kita ? elu aja keles..!, o iya gue aja ! ) semua. O iya, terima kasih juga buat bos admin yang sudah menghapus tulisan aku sebelumnya (hehehe.. Tapi it's ok !).

Akhirnya, di awal saya buka dengan kutipan, maka di akhir saya tutup juga dengan sebuah kutipan :

" Dalam masa kekacauan sosial, jadilah seperti unta remaja yang tak berpunggung cukup kuat untuk ditunggangi dan tidak pula bersusu untuk diperah "  (Ali bin Abi Thalib).

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun