Mohon tunggu...
Melvin Firman
Melvin Firman Mohon Tunggu... wiraswasta -

" hanya orang biasa yang suka iseng nulis-nulis apa yang teringat, terlihat dan terasakan tanpa basa basi dan apa adanya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejanggalan Pernyataan Saksi pada Sidang Kasus Kopi Bersianida

12 Agustus 2016   09:10 Diperbarui: 12 Agustus 2016   09:19 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam Sianida!

Tanpa basa-basi, saya mau langsung saja menanggapi tentang statement yang disampaikan oleh para saksi yang KATANYA AHLI pada sidang Rabu kemarin yang menurut pengetahuan saya, agak sedikit ngaur atau terkesan di paksakan.

  • Katanya gas sianida itu berbau menyengat.

Jika yang dimaksud dengan gas sianida oleh saksi yang KATANYA AHLI itu adalah gas HCN (baca: hydrogen sianida). Maka saya bisa pastikan bahwa pernyataan itu SANGAT KELIRU. Karena sianida (CN) itu jika berbentuk gas alias HCN, itu merupakan hasil dari penguapan atau (di panaskan) dari larutan senyawa carbon dan nitrogen alias CN dengan H2O. Sehinggal menghasilkan HCN + O2. Nah gas inilah yang tidak berbau itu. Sementara CN itu sendiri sudah di katakan oleh beberapa ahli itu berbau seperti Almond. Tetapi jika yang di maksud oleh saksi yang KATANYA AHLI itu adalah gas CNCL (baca: Cyanogen Chloride), maka saya PASTIKAN itu benar adanya.

Tetapi pertanyaannya : apakah hasil dari mencampur sianida cair (baca: HCN cair) atau garam sianida (baca: NaCN) dengan kopi yang jelas-jelas tidak ada unsur Cl (baca: Clorida), akan melepas gas CNCL (baca: Cyanogen Chloride) ke udara. Ckckckck itu IT’S A BULL SHIT MAN !!!

Jadi kesimpulannya sianida (CN) baik itu berbentuk gas (HCN) maupun butiran garam (NaCN, KCN) akan sangat beracun, berbaudan bahkan berwarna JIKA DAN HANYA JIKA di campur dengan larutan asam clorida atau asam sulfat (baca: HCl, H2SO4).

Dan yang berbau menyengat itu bukanlah sianidanya, tetapi asamnya (baca: HCl atau H2SO4). Itu bisa saksikan pada proses pemurnian logam dalam proses penambangan, pembuatan polimer plastic, negative foto, pewarnaan tekstil  dll.

  • Katanya sianida yang di gunakan itu berbentuk Kristal (NaCN).

Anggap saja pernyataan itu benar, maka apakah mungkin Kristal tersebut masih utuh jika di simpan begitu lama di dalam tas Jesica sebelum di masukan ke dalam kopi. Sementara titik didih NaCN itu hanya sedikti di atas suhu ruangan atau sekitar 26’C.

Dan di sisi lain, larutan natrium sianida itu atau yang berbentuk padatan itu terkena kulit yang lembab dapat menyebabkan kemerahan, rasa nyeri, luka bakar, dermatitis dan luka yang mana penyembuhannya dalam waktu lama.
 Jika bukan padat atau cair, maka bisa di pastikan bahwa wadah untuk meletakkan cairan sianida tersebut pastilah sangat bagus alias tertutup rapat dan terbuat dari kaca. Dan waktu yang di butuhkan untuk membuka kemasan tersebut tentu rada lama dan pasti ada bukti kemasan yang tersisa.

Pertanyaannya: Adakah di temukan di TKP jejak-jejak wadah tersebut atau ada gerakan tubuh Jesica yang bisa di artikan bahwa Jesica membuang atau menyimpan sisa kemasan tersebut ?

Sekarang anggap saja kedua asumsi itu benar, maka saya bisa pastikan bahwa hasil dari percampuran sianida cair atau pun sianida padat ke dalam kopi yang di minum Mirna tidak akan berbau menyengat seperti yang di katakan oleh para saksi di persidangan terdahulu.

  • Kedua saksi yang KATANYA AHLI seperti sepakat alias kompak menentukan waktu saat Jessica memasukan racun ke dalam kopi.

Pertanyaannya : Apakah saksi ahli Toksikologi itu bisa menentukan waktu krusial tersebut tanpa melihat CCTV.?

Pasti akan di jawab BISA oleh si ahli. Katanya dengan melakukan berkali-kali percobaan dan di buat sebuah model yang simulasikan sehingga terbentuk suatu Formula dan di cocokan dengan waktu CCTV yang di hitung mundur ?.

Pertanyaannya: Berapa kali percobaan yang di lakukan sementara barang bukti yaitu secangkir kopi itu sangat terbatas alias sedikit. ?

Terus apakah hanya ada 2 variabel (baca: kopi dan waktu) saja yang dibutuhkan untuk membuat model tersebut . Sementara kita ketahui bahwa percobaan tersebut di buat setelah 3 hari kemudian. Artinya sudah terjadi begitu banyak perubahan, dan itu harus di masukan sebagai varibel juga. Kesimpulannya menurut saya, model yang simulasikan tersebut adalah model ABAL-ABAL alias rekayasa semata. 

Di sisi lain saksi ahli IT, menyimpulkan waktu krusial itu adalah sekitar 4 menit. Pertanyaannya : Apakah saksi ahli berkompeten dengan menyimpulkan seperti itu ?. Menurut saya,  itu hanya merupakan sebuah KECURIGAAN  alias HIPOTESA belaka. Karena sekali lagi di dalam CCTV hanya terlihat gerakan tubuh saja dan sekali lagi menurut saya juga, hal itu bukanlah menjadi suatu keahlian bagi saksi untuk menyimpulkan bahwa pada saat itu Jesica melakukan hal yang sesuai dengan yang di curigai oleh saksi ahli tersebut. Kecualli sekali lagi semua itu hanya bertujuan untuk membentuk OPINI yang saling menguatkan anatara saksi IT dengan saksi Toksikologi yang sifatnya memberatkan Jessica. Padahal sejatinya saksi ahli yang menjelaskan tentang keahliannya saja, bukan menyimpulkan menurut keyakinannya sendiri yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keyakinan HAKIM saat memutuskan. Hmmm…!! Menurut saya itu tidak Fair bro !

Akhirnya ada beberapa hal yang mungkin bisa saya simpulkan dan beberapa saran yang sifatnya tidak bermaksud apa hanya opini saya pribadi saja.

  • Selama 12 kali persidangan yang di laksanakan, dapat saya simpulkan bahwa BELUM ADA BUKTI KUAT yang menyatakan bahwa memang benar Jessica adalah satu-satunya pelaku utama. Perlu digaris bawahi bahwa ini menyangkut nasib orang yang akan dihukum mati, lho ! 
  • Sidang yang terjadi selama ini terkesan bukan untuk mencari kebenaran material, tetapi hanya semata untuk MENGHAKIMI Jessica sebagai satu-satunya tersangka. Bahkan ada upaya untuk mencari simpati publik sebanyak-banyaknya dari salah satu pihak agar terbentuk suatu Opini yang menjurus menjadi suatu kebenaran yang pada akhirnya tercapailah tujuan awal mereka.
  • Saran saya, kenapa tidak di buka sedikit lebih luas lagi cakupannya pada kasus ini, sehingga pada akhirnya akan diperoleh siapa pelaku yang sebenarnya dan apa MOTIF nya.
  • Jika Boleh Saya coba sedikit berhipotesa maka, ;

Apakah tidak mungkin bahwa Mirna sebenarnya sudah terpapar sianida dalam waktu yang cukup lama dalam dosis yang kecil. Sehingga pada waktu hari kematiannya itu adalah akibat dari efek komulatif sianida dalam tubuhnya yang bereaksi dengan KOPI yang nota bene bersifat asam. Dan pada akhirnya mengakibatkan kematian.

Karena saya sangat HERAN dengan hasil visum dokter ahli yang menyatakan bahwa kandungan Sianida tidak ada dalam HATI, GINJAL dan DARAH. Padahal kata para ahli di Amerika dan Eropa sana bahwa sistem tubuh manusia di ciptakan dengan sangat sempurna dan faktanya juga bahwa sianida itu sangat mudah terserap dalam darah. Artinya apakah hasil visum tersebut masih bisa diterima akal sehat ?

Timbul pertanyaan : Kenapa juga Kasus ini di buka setelah jasad korban di BALSEM, sehingga timbul kecurigaan. Kecurigaan lain lain, jika memang keluarga korban sangat ingin mengetahui siapa pelaku utamanya, kenapa juga tidak di adakan OTOPSI MENYELURUH terhadap jasad korban ? Kecuali dari semula memang sudah di target bahwa pelakunya hanya satu orang yaitu JESSICA.

Sekarang kita kembali kepada Assumsi saya pada point 4 di atas , timbul pertanyaan menggelitik ;

Pertanyaannya :

  • Jadi siapa yang sebenarnya melakukan hal tersebut ? Jesica kah ?,  yang nota bene mereka berdua itu sangat jarang berinteraksi ataukah orang terdekat Mirna yang nota bene sering berinteraksi dengan Mirna ?
  • Setelah itu lantas, Siapakah sebenarnya yang diuntungkan dengan kematian MIRNA ? 

NB : 

Terima kasih sudah membaca opini pribadi saya, mohon maaf jika ada yang merasa tersinggung. Sekali lagi ini hanya opini pribadi dan siapa tahu bisa di jadikan bahan diskusi yang bisa membantu memecahkan kasus ini secara adil dan Fair. 

  

Salam Sabar Buat Jessica

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun