Mohon tunggu...
Melvin Firman
Melvin Firman Mohon Tunggu... wiraswasta -

" hanya orang biasa yang suka iseng nulis-nulis apa yang teringat, terlihat dan terasakan tanpa basa basi dan apa adanya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin Dari Non Mayoritas Selalu Lahir di Saat Genting dan Krisis

21 Maret 2014   00:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:41 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“…Dia menambahkan, “Karena tidak ada dasar resmi yang menyalahkan seorang Penguasa yang minta maaf karena dia tidak memenuhi janjinya,” karena “… manusia itu begitu sederhana dan mudah mematuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya saat itu, dan bahwa seorang yang menipu selalu akan menemukan orang yang mengijinkan dirinya ditipu.” http://media.isnet.org/iptek/index/Machiavelli.html.

Lucunya rakyat sekarang ini benar-benar telah menelan mentah-mentah teori ini, sehingga dia merasa asyik-asyik saja menjadi miskin dan tertipu, demi kepentingan perutnya saja yang katanya sudah di penuhi oleh sang penguasa. Isu nasionalisme dan kebhinekaan di dendangkan dengan sangat merdu, padahal kenyataannya adalah symphony penghambaan kepada Barat dan kekuatan kesukuan mayoritaslah yang sedang di mainkan.

Yang lebih parah lagi, Rakyat sekarang tidak perduli siapa pemimpin mereka asalkan dari suku mayoritas, popular walaupun pada kenyataannya dia itu adalah pemimpin yang gagal, bodoh, zalim, pengecut dan hanya boneka. Yang penting mereka orang kita (baca: orang Jawa), tak perduli ratusan juta rakyat akan menderita kerana salah dalam memilih pemimpin yang tidak ideal.

Akhirnya buat seluruh rakyat Indonesia khususnya generasi muda potensial, jangan hanya menjadi generasi bebek yang hanya ikut-ikut rame saja, jadilah pemilih cerdas dan kritis. Bukan pemilih korban tekhnologi alias korban gadget, dimana memilih hanya karena dorongan dari komnunitas yang di ikutinya saja. Jadilah pendobrak dan pembaharu, bukan pengekor dan pencari selamat saja. Beranilah untuk berbeda karena dari situlah asal muasal pemimpin yang berkarakter. Memilih atau tidak memilih adalah suatu pilihan. Memilih tapi salah adalah suatu kebodohan, tetapi tidak memilih karena merasa tidak ada yang lebih baik dari dirimu sendiri dan tidak mewakili dirimu tetapi terus bergerak bersama dan bersatu adalah suatu bentuk kekuatan besar dan langkah maju menuju suatu perubahan yang radikal dan lebih baik.

Bukankah fakta sejarah di atas juga menyatakan bahwa di saat-saat genting dan krisis selalu saja muncul pemimpin-pemimpin yang berjiwa negarawan sejati. Pertanyaannya: Sedang krisis atau akan krisiskah negeri ini ?

Salam Nusantara Jaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun