Perilaku sosial individu dan masyarakat yang semakin egosentris dan tidak menghargai privasi orang lain turut menjadi faktor penyebab maraknya fenomena stalking. Banyak orang yang merasa memiliki hak untuk mengetahui segala hal tentang orang lain, termasuk kehidupan pribadi dan rahasia korban.
3.  Kemajuan teknologi dan media sosial yang semakin memberikan kemudahan  akses semakin membuka celah bagi orang-orang yang ingin melakukan stalking. Dengan kemudahan mengakses informasi pribadi orang lain melalui media sosial, pelaku stalking dapat melakukan aksi mereka dengan lebih mudah.
Dampak Stalking
Stalking memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental, emosional, dan fisik korban. Jurnal ilmiah "The Impact of Stalking on Mental Health: A Study of Victims' Experiences" oleh Sheridan, Blaauw, & Davies (2003) menemukan bahwa korban stalking sering mengalami stres, kecemasan, depresi, Â gangguan tidur, bahkan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Selain itu, mereka mungkin juga mengalami gangguan pada kehidupan sosial dan pekerjaan mereka, seperti kehilangan pekerjaan atau kehidupan sosial yang terpengaruh. Â
Dalam beberapa kasus, korban stalking bahkan mungkin mengalami kekerasan fisik atau ancaman kekerasan.
Kualitas hidup korban juga berpotensi mengalami dampak, termasuk kemampuan untuk menjalani kehidupan sosial yang normal, bekerja, dan menjalani hubungan yang sehat (Sheridan & Lyndon, 2012).
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu berdamai dengan kondisi setelah stalking:
1. Jangan menyalahkan diri sendiri: Ingatlah bahwa tindakan stalking bukanlah kesalahan korban dan korban tidak pantas untuk disakiti. Jangan menyalahkan diri sendiri karena tindakan orang lain.
2. Temukan cara untuk meredakan stres, antara lain meditasi, olahraga, atau aktivitas kreatif seperti menggambar atau menulis.
3. Dapatkan dukungan: Cari dukungan dari orang-orang yang dapat dipercaya, seperti keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental. Jangan merasa malu atau takut untuk mencari bantuan.