Mekansime insentif ini dapat menjadi pendukung kebijakan makroprudensial dalam mengatasi “to-big-to-fail”. Mekanisme kompensasi akan menjadi alat yang sangat berguna untuk mengatasi pengambilan resiko berlebihan oleh bank. Mekanisme kompensasi juga berperan dalam meperbaiki budaya dan mengurangi tindakan tidak beretika dan penipuan.
Mekanisme kompensasi berkerja dengan melihat pengambilan keputsan seseorang untuk melakukan tindakan. Proses pengambilan keputusan diasumsikan dtentukan oleh dua faktor yaitu expected risk dan expected reward. Expected risk adalah fungsi dari kemungkinan seseorang tertangkap atau menerima konsekuensi perbauatannya seperti penipuan. Expected rewards adalah benefit financial maupun fisik hasil dari tindakan yang tak diketahui.
Memperbaiki budaya dapat mempengaruhi keseimbangan E(Risk) dengan E(Reward) sehingga seseorang cenderung untuk berperilaku baik. Memperbaiki budaya meningkatkan kemungkinan individu merasa berhutang untuk berperilaku baik dan pencegahan oleh individu lain dari perilaku buruk sehingga E(risk) meningkat. Selain itu, meperbaiki budaya mengurangi nilai E(rewards). Budaya yang kuat membuat seseorang yang melakukan tindakan illegal atau tidak beretika tidak mendapatkan kepuasan karena tidak mendapatkan apresiasi dari tindakan melawan atau melanggar hukum.
Dalam pengunaan kompensasi terdapat dua pertimbangan penting yaitu seberapa besar kompensasi dibayarkan sekarang jika dibandingkan dibayarkan dimasa mendatang. Kedua, bentuk dari kompesasi yang akan dibayarkan nanti apakah berbentuk tnuai, saham, atau obligasi. Struktur kompensasi haruslah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan seperti mencegah tingakan illegal maupun tindakan pelanggaran hukum. Kalau kita melihat bahwa tindakan illegal atau pelanggaran hukum di dunia perbankan dampaknya dalam jangka panjang maka defered compensation yang diberikan juga dalam jangka panjang. Deffered compensation jangka panjang yang tepat adalah dalam bentuk obligasi (bond) bertolak belakang dengan saham.
Saat perbaikan budaya perusahaan memerlukan komitemen dari senior leader maka deffered compensation dapat berperan untuk mendapatkan komitmen dari senior leader. Salah satu caranya dalah deffered compesantion yang diberikan oleh senior leader digunakan untuk rekapitalisasi aset bank saat terjadinya insolvency. Dengan begitu para senior leader akan menghindari dan mencegah tindakan illegal atau pengambilan resiko berlebih yang menyebabkan bank tersebut menjadi insolvent. Dengan deffered compensation yang bersifat janka panjang maka para senior leader lebih mementingkan kepentingan jangka panjang perusahaan.
Selain itu, dengan deffered compesation yang mark to market maka akan terjadi sebuah mekanisme market dicipiline sehingga para senior leader lebih terdorong untuk memonitor bank lebih baik. Mekanisme ini juga dapat memperbaiki buadya perusahaan jiakalau denda pelanggaran atas tindakan illegal bank dibayarkan sebagian besar dari deffered compenastion. Hal tersebut akan mendorong orang yang memiliki posisi terbaik untuk indentifikasi dini aktivitas illegal sehingga orang tersebut terdorong untuk melakukan tindakan pecegahan. Deffered compensation juga menyadari bahwa benefit yang dimilikinya tak hanya bergantung pada dirinya akan tetapi juga orang lain. Karena saat orang lain melakukan pelanggaran maka beenefit dari orang itu berkurang. Oleh karena itu sistem ini nantinya akan mendorong munculnya “whistle blower” dari setiap tindakan illegal maupun pelanggaran.
III. Perusahaan non-keuangan
Sebelum terjadi krisis keuangan tahun 2008 di amerika, tingkat bunga sangat rendah pada saat itu dan likuiditas yang tinggi. Hal ini mendorong perusahaan untuk mendapatkan banyak cash flow dari kegiatan financing seperti penerbitan hutang maupun saham. Mereka beranggapan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi dan tingkat suku bunga yang rendah akan terus berlangsung seperti saat itu sehingga banyak cash flow perusahaan yang bergantung dari kegiatan financing dan menyebabkan tingkat financial leverage mereka menjadi sangat tinggi.
Oleh karena itu untuk mengatasi fragility yang ada diatas seharusnya perusahaan mengutamakan cash flow dari operating activities sebagai pendapatan utama mereka bukan financing activities. Hal ini dapat terjadi saat para investor bersifat rasional dengan melihat kualitas dari cash flow tidak hanya terpaku oleh return on equity dari perusahaan. Investor akan bersifat rasional jikalau ada indicator yang mengidentifikasi apakah harga dari saham tersebut sudah terlalu mahal atau tidak melalui pendekatan cash flow dari operational acivities. Selain itu, nilai tersebut disesuaikan dengan kondisi cyclical kondisi ekonomi seperti commodity super cycle. Dengan begitu, masyarakat dapat gambaran nilai yang wajar sehingga akan ada market punishment bagi perusahaan yang terlalu bergantung pada cash flow financing activities maupun tingkat leverage yang terlalu tinggi.
Selain ketiga unit ekonomi tersebut, pendekatan minsky terhadap otoritas menjadi yang utama dalam menjaga stabilitas system keuangan. Karena menurut Minsky saat ekonomi berkembang maka otoritas yang meregulasi dan mensupervisi harus menyesuaikannya.
III. OTORITAS