*tulisan lama saya, belum sempat saya publish karena kelupaan dan saya publish kembali karena kemarin saya mendapatkan buku beliau. ekonom yang saya kagumi dan menjadi arah berpikir saya. Hayman Minsky
I. Minsky dan Stabilitas Sistem Keuangan
Hayman Minsky, nama yang tiba-tiba menyeruak setelah krisis subprime mortgage tahun 2008. Nama beliau kurang didengar sebelunya lantaran beliau memiliki pemikiran berbeda dengan ekonom lainnya selain ia lebih memilih pendekatan kata dari pada matematika. Namun pada tahun 2008, krisis keuangan di Amerika serikat menjadi bukti pemikiran beliau.
Minsky memiliki pendapat berbeda dengan para pemikir neoklasik yang menganggap penyebab ketidakstabilan sistem keuangan berasal dari faktor atau shock dari external (exogenous) seperti perang maupun bencana keaunagn. Namun, menurut minsky, faktor internal atau endogenous itulah yang menjadi penyebab ketidakstabilan sistem keuangan. Hal tersebut dapat dilihat dari tulisan beliau berjudul “Stability is destabilising”. Menurut Minsky (1986), pada saat kondisi stabil para agen ekonomi ( Bank, perusahaan, rumah tanggal dan lainnya) akan memiliki kepercayaan bahwa kondisi ekonomi yang baik akan terus berlangsung sehingga mereka mengambil resiko berlebih.
Pemikiran Minsky tersebut menjadi salah satu pandangan dalam makroprudensial yang dinamakan sebagai procyclicality yaitu suatu fenomena yang memperbesar “feedback” antar sistem keuangan maupun sistem keuangan dengan makroekonomi (BIS, 2012). Dimana fenomena tersebut dapat menyebabkan “unsustainable boom”. Saat periode “boom” menjadi “burst”, procyclicality memperbesar kekacauan dan menyebabkan resesi ekonomi mendalam. Pemikiran Minsky tersebut menggambarkan apa yang terjadi pada krisis keuangan di Amerika tahun 2008 maupun periode setelahnya.
Setelah krisis tahun 2008 barulah pemikiran Minsky tersebut medapat dukungan dari ekonom lainnya. Robbert shiller dan George Akerloff dalam The Animal Spirits menyatakan pada saat kondisi ekonomi baik (boom) masyarakat menjadi overconfidence sehingga masyarakat tidak menjadi rasional dalam megambil resiko yaitu mengambil resiko berlebih. Dalam perspektif pengukuran resiko sistemik, pemikiran Minsky didukung oleh Adrian dan Brunermeier (2011) menurut resio sistemik lahir bukan saat pada volatilitas itu tinggi akan tetapi sebaliknya yaitu terjadi pada saat volatilitas itu rendah hal ini disebut sebagai volatility paradox.
Sumbangan pemikiran beliau selanjutnya adalah Financial Instability Hypothesis (FIH) (minsky, 1992). Dalam FIH Minsky membagi tiga tahapan hubungan antara hutang dengan unit ekonomi. Yang pertama adalah tahap Hedge Finance dimana pada tahap ini unit ekonomi mampu memabayar cicilan maupun pokok dari hutangnya. Selanjutnya adalah speculative finance dimana pada tahap ini unit ekonomi hanya mampu membayar cicilan saja tetapi tidak dengan pokokonya.
Pada akhirnya unit ekonomi melakukan roll over hutang atau membayar hutang dengan hutang yang lain. Setalah itu adalah tahap Ponzi Finance, pada tahap tersebut unit ekonomi tidak mampu membayar cicilan maupun pokok dari hutang. Unit ekonomi berharap kepada kenaikan harga aset untuk membayar hutangnya tersebut. Akan tetapi, jika tidak terjadi kenaikan harga aset maka yang dilakukan oleh unit ekonomi adalah menjual aset tersebut dan saat unit-unit tersebut menjual asetnya maka terjadi penurunan nilai aset yang lebih mendalam.
Kedua teori diatas menggambarkan apa yang terjadi pada krisis tahun 2008 di amerika dan kondisi selanjutnya. Pada sebelum terjadi krisis 2008 ekonomi sedang mengalami boom. Pada saat tersebut unit ekonomi memiliki kepercayaan bahwa kondisi baik tersebut akan terjadi selamanya. Bank-bank berani mengambil resiko dengan memberikan kredit kepada masyarakat yang tidak seharusnya mendapatkan kredit. Sedangkan rumah tangga percaya kondisi tersebut akan terus berlangsung dan harga aset, seperti properti, akan terus naik sehingga mereka melakukan pembelian properti terus-menerus meski tak memiliki kemampuan.
Rumah tangga berasumisi akan membayarnya setelah mendapatkan uang dari hasil menjual aset tersebut lebih mahal dari yang harga yang dibeli sebelumnya dan mendapatkan keuntungan darinya. Keputusan bank yang berani mengambil resiko untuk terus memberi kredit tersebut menjadi “bahan bakar” bagi kondisi tersebut. Begitupula yang terjadi di pasar modal, para investor tak lagi rasional dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi pada aset sekuritasasi mortgages. Para investor seperti rumah tangga melakukan peminjaman (margin loan) untuk membeli aset tersebut dan berasumsi kondisi baik akan terus berlangsung sehingga harga aset akan terus naik.