Seberapa Pedulikah masyarakat Indonesia dengan Perencanaan Pensiun?
Perencanaan pensiun merupakan aspek penting dalam manajemen keuangan pribadi yang sering kali diabaikan oleh banyak individu. Di Indonesia, perubahan demografi dan ekonomi mempengaruhi pola perencanaan pensiun. Pada tahun 2024, beberapa faktor utama yang menjadi sorotan dalam perencanaan pensiun meliputi perubahan harapan hidup, inflasi, dan kebijakan pemerintah terkait program pensiun.
Perubahan Demografi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), harapan hidup di Indonesia terus meningkat, mencapai rata-rata 73 tahun pada tahun 2024. Peningkatan ini menunjukkan bahwa individu perlu mempersiapkan dana pensiun yang cukup untuk periode pensiun yang lebih panjang. Selain itu, angka kelahiran yang menurun dan peningkatan jumlah penduduk usia lanjut juga mempengaruhi rasio ketergantungan, di mana lebih sedikit pekerja produktif yang mendukung populasi lanjut usia.
Inflasi dan Kebutuhan Finansial
Inflasi tetap menjadi tantangan dalam perencanaan pensiun. Pada tahun 2024, tingkat inflasi di Indonesia tercatat sekitar 4% per tahun. Ini berarti bahwa nilai uang akan terus menurun, dan biaya hidup akan meningkat seiring waktu. Oleh karena itu, individu harus mempertimbangkan investasi yang dapat mengalahkan inflasi untuk memastikan kesejahteraan finansial di masa pensiun.
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia terus mengembangkan kebijakan untuk mendukung perencanaan pensiun. Salah satu inisiatif yang penting adalah program Jaminan Hari Tua (JHT) yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan. Pada tahun 2024, pemerintah memperkenalkan beberapa reformasi untuk meningkatkan manfaat dan partisipasi dalam program ini, termasuk peningkatan iuran dan penyederhanaan proses klaim. Selain itu, pemerintah juga mendorong pengembangan produk-produk pensiun dari sektor swasta, seperti dana pensiun dan asuransi jiwa, untuk memberikan lebih banyak pilihan bagi masyarakat.
Tantangan dan Peluang
Meskipun ada kemajuan dalam kesadaran dan infrastruktur perencanaan pensiun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kurangnya literasi keuangan, ketidakpastian ekonomi, dan kurangnya disiplin dalam menabung adalah beberapa hambatan utama. Namun, dengan peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai pentingnya perencanaan pensiun, serta inovasi dalam produk dan layanan keuangan, ada peluang besar untuk memperbaiki kondisi ini.
Tuan-Hock (2001) menyatakan bahwa tidak semua orang secara financial siap untuk pensiun. Orang yang sudah memasuki usia tua dan memiliki pasangan serta pengalaman dalam investasi cenderung akan merencanakan pensiun dimasa tua. Idealnya ialah dari masa produktif seseorang seharusnya sudah harus mempersiapkan untuk memikirkan tentang dana pensiun agar dapat memuhi kebutuhan hidup hari tua dengan standart yang baik. Sikap dalam pengelolaan keuangan yang baik dimulai dengan menerapkan sikap keuangan yang baik pula seperti : menabung dan mengalokasikan dana. Dan sebaliknya apabila suatu keluarga tidak melakukan perencanaan keuangan dan mengelola keuangan untuk tujuan keuangan yang dibutuhkan, hal ini akan menyebabkan kesulitan keuangan bagi keluarga tersebut dan akan sulit dalam mendapatkan surplus atau keuntungan keuangan untuk simpanan atau investasi di masa depan Elvira dan Nanik (2014).
Selanjutnya, Peneliti melakukan pengujian pengaruh demografi terhadap Perencanaan Dana Pensiun pada masyarakat yang tinggal di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Kriteria sampel yang akan digunakan adalah (1) memiliki pendapatan minimal Rp. 4 juta, (2) minimal sudah bekerja selama 2 tahun, (3) sebagai pengelola keuangan dalam keluarga.
- Hasil dari pengujian membuktikan bahwa tidak ada perbedaan perilaku perencanaan dana pensiun  berdasarkan usia, baik individu dengan usia muda atau tua memiliki perilaku perencanaan dana pensiun yang sama.
Masyarakat telah mempersiapkan dana untuk hari tua dan kesejahteraan hari tua. Sehingga tidak ada perbedaan perilaku perencanaan dana pensiun seseorang, baik responden dengan rentang usia muda dan juga tua sama-sama setuju untuk mempersiapkan dana untuk hari tua dan kesejahteraan hari tua.
- Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya perkembangan jaman, teknologi  dan terbukanya informasi bagi seluruh lapisan masyarakat, hal ini memberikan kemudahan dan juga kesempatan yang sama bagi seluruh kalangan baik usia tua/ muda atau bahkan remaja dan anak-anak untuk bisa mendaptkan informasi dan juga pengetahuan yang menambah wawasan berfikir. Sehingga batasan usia sudah bukan suatu hal yang menjadi pembeda cara berfikir sesorang, terutama berfikir untuk melakukan pengelolaan keuangan yang baik untuk merencanakan dana pensiun yang akan datang.
- Hasil pengujian kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku perencanaan dana pensiun berdasarkan jenis kelamin. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki perilaku yang sama dalam hal melakukan perencanaan dana pensiun. responden laki-laki atau perempuan sama-sama memiliki perilaku yang sama dalam merencanakan dana pensiun. Seiring dengan adanya perkembangan jaman, teknologi  dan terbukanya informasi bagi seluruh lapisan masyarakat, hal ini memberikan kemudahan dan juga kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan untuk bisa mendaptkan informasi dan juga pengetahuan yang menambah wawasan perpikir dan juga kesetaraan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sehingga sudah tidak ada batasan dan perbedaan berpikir antara laki-laki dan perempuan terutama batasan dalam berpikir untuk pengelolaan dan perencanaan keuangan untuk pemenuhan kebutuhan dimasa depan.
- Hasil pengujian ketiga menunjukkan tidak ada perbedaan perilaku perencanaan dana pensiun berdasarkan tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini mengindikasikan  bahwa tidak ada perbedaan perilaku perencanan dana pensiun berdasarkan tingkat pendidikan  baik SMP/SMA/Diploma/Sarjana/Pasca Sarjana.
- Hal ini bisa disebabkan oleh perkembangan tekonolgi dan terbukanya informasi yang terjadi begitu pesat beberapa tahun terakhir ini. Semakin berkembangnya tekonlogi dan terbukanya informasi, dapat memberikan kemudahan bagi semua orang untuk mengakses semua hal baik pendidikan, pengetahuan, fashion, dan juga berbagai hal lainnya yang dapat memberikan wawasan lebih banyak kepada masyarakat. Sehingga dapat dimungkinkan bahwa seseorang yang mendapat pendidikan secara formal (mengenyam pendidikan dibangku sekolah) atau non formal sekalipun, bisa memperoleh ilmu dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mempersiapkan perencanaan dana pensiun.
Hasil dari pengujian keempat membuktikan bahwa ada perbedaan perilaku perencanaan dana pensiun berdasarkan pendapatan. Yang mana seseorang dengan tingkat pendapatan yang tinggi atau yang lebih rendah memiliki perilaku perencanaan dana pensiun yang berbeda.
- perilaku seseorang berbeda dalam melakukan perencanaan dana pensiun dimana seseorang akan menyesuaikan dengan tingkat income yang dimiliki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Elvira dan Nanik (2014), Tuan-Hock, et al(2011) yang menyatakan bahwa perencanan keuangan membutuhkan kemampuan dalam pengelolaan keuangan, sehingga orang dengan penghasilan yang lebih besar memiliki niat melakukan perencanaan pensiun, dan kelompok responden ini dikatakan sudah sangat siap untuk mempersiapkan pensiun.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H