Kemajuan teknologi memungkinkan segala sesuatu menjadi lebih cepat dan mudah diakses. Generasi Z tumbuh dengan akses yang lebih mudah, terbiasa dengan kehidupan yang serba instan, seperti belanja online, belajar online, dan aplikasi yang memberikan jawaban cepat seperti google dan AI. Membuat ketergantungan pada teknologi dan mengurangi keterampilan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri, bisa dikatakan generasi z tidak terbiasa dengan tantangan fisik atau emosional yang lebih berat.
Selain kemudahan akses, perkembangan teknologi juga membuat generasi Z lebih terbiasa dengan ekspektasi yang serba cepat dan instan. Akibatnya, mereka kurang terbiasa dengan proses yang panjang dan berliku. Pola pikir ini bisa membuat mereka lebih mudah merasa frustasi ketika menghadapi tantangan yang memerlukan waktu lama untuk diselesaikan. Mereka juga cenderung mencari solusi instan dari pada mencoba memahami akar masalahnya secara mendalam.
- Tekanan Sosial Media
Mereka seringkali lebih terpapar pada masalah sosial dan dunia luar yang dapat menyebabkan kecemasan meliputi meningkatnya tekanan sosial yang berasal dari media sosial, ekspektasi tinggi dalam pendidikan dan pekerjaan, serta ketidakpastian ekonomi yang mendorong banyak generasi z merasa terjebak dalam situasi. Dimana Media sosial brending semua orang agar selalu terlihat "sempurna", yang membuat generesi z berkonsentrasi pada penampilan dari pada kekuatan mental atau karakter. Hal ini dapat menyebabkan tekanan mental seperti stres, kecemasan, dan perasaan tidak cukup baik.
Tidak hanya tekanan sosial media, generasi Z juga menghadapi tantangan dari perubahan tren gaya hidup yang menuntut mereka untuk selalu "up-to-date" agar tetap relevan di lingkungan sosial mereka. Budaya kompetitif yang semakin meningkat di dunia pendidikan dan pekerjaan menciptakan tekanan ekstra yang dapat berdampak pada kesehatan mental mereka. Standar kesuksesan yang terus berkembang sering kali membuat mereka merasa tidak pernah cukup baik, sehingga meningkatkan risiko stres dan kecemasan.
- Perubahan Nilai dan Budaya
Nilai-nilai tradisional seperti disiplin, kerja keras, dan ketahanan mental cenderung tergeser oleh fokus pada kenyamanan dan kebebasan. Generasi z lebih mengutamakan keseimbangan hidup dan pengalaman pribadi dibandingkan bekerja keras seperti generasi sebelumnya. Generasi z menghindari pekerjaan yang terlalu menyita waktu atau membebani dan lebih mengutamakan fleksibilitas dalam menjalani karier atau pendidikan. Hal ini bertujuan agar mereka memiliki cukup waktu untuk mengejar passion, hobi, atau kumpul bersama keluarga, teman teman, pasangan yang dianggap penting untuk kebahagiaan mereka. Generasi z dianggap tidak memiliki semangat kompetisi atau daya juang yang tinggi karena fokus mereka lebih ke aspek kebahagiaan daripada pencapaian besar, alasan mengapa Generasi Z sering dicap sebagai generasi yang lebih lemah.
- Fokus pada Mental Health
Generasi Z lebih terbuka dalam membicarakan masalah kesehatan mental, mengungkapkan masalah emosional dan mental yang mereka hadapi. Mereka lebih cenderung untuk mencari bantuan ketika merasa kesulitan dan tidak malu untuk berbicara tentang kesehatan mental mereka, yang sering kali dianggap sebagai tanda kelemahan atau ketidakmampuan untuk mengelola stres oleh generasi sebelumnya. Generasi Z sering dianggap lebih mudah rapuh dalam menghadapi stres dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang cenderung lebih tangguh atau kebal terhadap tantangan hidup.
Namun penting untuk dipahami bahwa kesadaran akan kesehatan mental bukan berarti generasi ini lebih lemah. Justru mereka lebih peka terhadap kesejahteraan emosional dan berusaha mencari solusi yang sehat untuk mengatasi tekanan. Perubahan paradigma ini sering kali bertentangan dengan cara pandang generasi sebelumnya yang lebih cenderung mengabaikan atau menekan masalah emosional demi terlihat kuat. Meskipun banyak orang melihat Generasi Z sebagai generasi yang rapuh, cengeng dan terlalu nyaman dengan kehidupan yang mudah, banyak dari mereka yang sedang berusaha membuktikan bahwa label "Strawberry Generation" tidaklah benar. Untuk melawan stereotip ini, ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh generasi z:
- Memperkuat Pertahanan Mental dan Mengelola Emosi
Belajar membangun ketahanan mental, belajar dari kegagalan, mengelola kecemasan, dan memperlihatkan bahwa kita mampu menghadapi tantangan hidup dengan cara yang positif. Mulailah menghadapi masalah secara langsung tanpa lari dari kesulitan. Misalnya berlatih menghadapi kegagalan atau berani keluar dari zona nyaman menunjukkan bahwa generasi Z juga mampu bertahan dalam kondisi yang sulit.Â
Selain membangun ketahanan mental, generasi Z juga perlu mengembangkan kecerdasan emosional agar lebih tangguh dalam menghadapi tekanan sosial dan profesional. Kemampuan mengelola emosi, beradaptasi dengan situasi sulit, serta tetap tenang di bawah tekanan adalah keterampilan penting yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan hidup dengan lebih percaya diri. Dengan meningkatkan kecerdasan emosional mereka bisa membuktikan bahwa kelembutan bukanlah kelemahan, tetapi justru kekuatan yang memungkinkan mereka tetap berpikir jernih di situasi sulit.
- Mulai Berani Untuk Mengambil Keputusan
Belajar mengambil tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut. Hal ini akan mengembangkan rasa tanggung jawab dan keberanian. Penting juga untuk membangun rasa percaya diri dengan meyakini bahwa kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat meski terkadang tidak ada pilihan yang sempurna. Keberanian untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan akan menunjukkan bahwa gen z mampu berdiri di atas kaki sendiri.Â
Selain itu, generasi Z juga harus berani mengambil risiko dan menghadapi ketidakpastian. Alih-alih mencari zona nyaman, mereka bisa mulai mencoba hal-hal baru yang menantang baik dalam dunia akademik, profesional, maupun kehidupan pribadi. Dengan menunjukkan keberanian dalam menghadapi tantangan mereka dapat menghilangkan stigma bahwa mereka terlalu takut gagal atau tidak siap menghadapi realitas dunia kerja dan kehidupan sosial.
- Memanfaatkan Teknologi