Cuber adalah sebutan untuk pemain rubik. Mendengar kata "rubik", mayoritas orang akan membayangkan benda kotak warna-warni, mudah dijumpai di toko mainan, dan tentu saja dibeli anak-anak. Namun, berkat kemajuan teknologi produksi rubik, kubus warna-warni kini berkembang pesat, dan kabar gembiranya, rubik tidak melulu berbentuk kubus.Â
Fokus utama cuber umumnya terbagi menjadi dua golongan, yakni speedcuber dan kolektor.
Seorang speedcuber akan menghabiskan sumber daya mereka untuk mencapai waktu solving yang sesingkat-singkatnya. Sementara, kolektor akan menghabiskan sumber daya mereka untuk membeli sebanyak mungkin jenis rubik yang unik.Â
Jadi, kira-kira saya termasuk tim yang mana? Entah, antara speedcuber dan kolektor. Lebih cenderung ke kolektor, sih. Layaknya mainan lain seperti tamiya atau gundam, rubik yang berkualitas ternyata tidak mudah ditemui di toko mainan, malah bisa dibilang tidak ada.Â
Acapkali, cuber dianggap kekanak-kanakkan akibat menggemari mainan anak-anak. Tidak penting memang, tetapi saya mendadak ingin membagikan beberapa potret variasi rubik yang ada di pasaran. Ada juga yang beli dari Cina langsung, karena sulit sekali menjumpai item langka di Indonesia.
Dua potret terakhir adalah rubik favorit sekaligus menantang versi saya. Mereka seakan tak berbentuk ketika diacak. Padahal, dalam kondisi solved, keduanya berbentuk kotak, lho.
Rubik memang bukan sekadar mainan anak-anak. Saya sebagai penggemar berat rubik sangat bangga menjadi bagian dari 5% populasi cuber di dunia. Bahkan kompetisi rubik di kancah internasional sangat dihargai keberadaannya. Yah, walaupun di Indonesia sendiri, kompetisi rubik masih kalah jauh dibanding catur dan bridge.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H