Beruntung, aku dapat sesi siang, jadi tidak karatan menunggu di sana seorang diri. Jeda waktu sebelum interview tiba kumanfaatkan untuk mencari toilet, serta basa-basi berkenalan dengan peserta lain yang juga sendirian. Harus yang sendirian, lebih mudah didekatinya, hehe. Interview psikolog berjalan seragam, selama 30 menit, jadi tidak bisa ditebak-tebak siapa yang lolos dan yang gugur. Mungkin kalian ada yang pernah dengar, kalau wawancara berlangsung cepat pertanda pewawancara tidak tertarik dengan kalian. Di sini tidak bisa, ya, intinya pasrah. Pertanyaan saat interview sangat banyak, bahkan sampai ditanya, "Ini kenapa tes kraeplin-mu bolong dua lajur?" eeeh buset baru sadar, takut juga kalau gugur gara-gara itu, secara sudah kelihatan kalau tidak teliti hmmm.
Jelek-jelek begini, rupanya saya cukup sakti. Dibandingkan pesaing lain yang notabene aktivis kampus, pengurus BEM, organisatoris akut, ahli ikut lomba, publikasi sana-sini, aku yang kerjaannya makan-tidur-makan-tidur ternyata masih punya kuota untuk maju.
Ya, setelah menunggu hampir satu bulan, tentunya masih dengan rutinitas mengecek portal e-recruitment setiap hari hingga karatan, akhirnya muncul pengumuman bahwa aku memenuhi syarat mengikuti interview user. Bedanya, proses seleksi berpindah ke Gresik, tempat di mana seluruh operasional pabrik berjalan.
Masih dengan metode yang sama, peserta dibagi sesuai jam masing-masing untuk bertemu user sesuai jurusan kuliah. Kalau tidak salah, user yang mewawancaraiku adalah manajer engineering. Tidak seperti interview psikolog silam, interview user berlangsung cepat sekali, sekitar 10 menit. Melihat tanda-tandanya, bisa ditebak kali ini aku harus gugur.
Dugaanku benar, malam harinya aku mendapat pengumuman tidak lolos untuk mengikuti tahapan selanjutnya. Sedih, sih, padahal tinggal satu tahap lagi yaitu tes fisik, tetapi belum rezeki. Akhirnya, sebelum pulang ke Semarang, temanku yang kemarin tidak lolos mengajakku menginap lagi sekaligus jalan-jalan keliling kota Surabaya. Lumayan, tes kali ini bisa memberi kesempatan keluar kota, sebab selama kuliah rutenya hanya kos-kampus-kos-kampus. Tak lupa ambil gambar rubik bareng kocheng oren.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H