Saya akan mengawali pembahasan tentang frugal ini, dengan sebuah kisah yang menurut saya sangat menarik di lingkungan saya.
Ada 3 orang karyawan bernama Ardi, Beni dan Cahyo, tentu bukan nama sebenarnya. Ardi adalah pegawai dengan pangkat menengah dan masa kerja paling lama. Beni juga berada di pangkat menengah tetapi baru bekerja selama 3 tahun. Sedangkan Cahyo pegawai tidak tetap dengan pangkat lebih rendah yang tentunya gajinya juga paling rendah diantara mereka, dengan masa kerja yang tidak berbeda jauh dengan Ardi.
Dari sisi gaji dan lama bekerja seharusnya Ardi adalah yang paling aman secara finansial, namun kenyataannya Ardi adalah yang paling sering mengeluhkan perihal gajinya yang kecil di Kota besar seperti Jakarta.
Beni hanya tersenyum mendengar keluhan Ardi, karena merasa gajinya cukup-cukup saja. Cahyo yang gajinya lebih kecil ikut manggut-manggut mendengar keluhan itu.Â
Namun yang menarik, dengan gajinya yang menurutnya kecil, uang Ardi banyak habis untuk ngopi dan membeli barang konsumtif.Â
Beni sudah membeli rumah dengan cara KPR, sedangkan Cahyo baru saja membeli rumah baru secara cash, setelah bekerja kurang lebih sekitar 6 tahun.Â
Bukan dari warisan, namun dari hasil menabung bersama pasangannya.Â
"Yo, lo gimana cara nabungnya, dari gaji segitu bisa kebeli rumah cash?" Tanya Beni
"Gue nabung udah dari jaman sekolah. Udah kebiasaan, ga pernah beli macem-macem. Seneng aja kalau duit di tabungan banyak," jawab Cahyo.
Diam-diam Cahyo sudah menjalani hidup frugal sejak dia sekolah. Tentu hasilnya tidak instan dan tidak mudah.Â