Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rumah Sempit, Wajib Belajar Hidup Minimalis!

12 Juli 2022   08:55 Diperbarui: 12 Juli 2022   15:15 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah zaman sekarang ukurannya memang jauh lebih sempit dibandingkan zaman dahulu. Kalau zaman orang tuaku, rumah tipe tersempit pun, luas tanahnya masih diatas 100m2. Namun sekarang, pada umumnya rumah sederhana dijual dengan luas tanah 60m2 atau 72m2. Sedangkan luas bangunannya berkisar antara 36m2 atau 42m2. 

Keterbatasan ruang ini harus disiasati. Memaksakan diri memilki rumah dengan luasan diatas 100m2 tak ada artinya, kalau harga yang masuk anggaran ada di lokasi yang makin jauh dari tempat kerja. Tubuh hanya akan kelelahan, waktu habis di jalan, waktu berkualitas dengan keluarga pun tak ada. 

Persis seperti yang aku alami. Aku membeli rumah dengan ukuran yang mini. Aku menyebutnya mini karena luasnya tidak sampai seperlima luas rumah orang tuaku, yang aku tinggali bertahun-tahun. Dan hanya seperlimapuluh rumah Eyangku. 

Aku membayangkan, jangan-jangan rumah pertama anakku nanti luasan tanahnya hanya 20m2 saja. Hmmm... tidak salah bila generasi di bawahku memilih tinggal di apartemen.

Memiliki rumah sempit berarti harus pandai-pandai menata ruang agar semua barang penting dapat masuk dengan rapi ke dalam rumah. Aku mulai selektif dan sangat ketat dalam menentukan barang apa saja yang bisa aku masuk dan aku simpan di rumah. 

Tidak ada romantisasi pada barang-barang karena kenangan-kenangan atau sejarah. "Rumahku bukan Museum". Juga bukan "Gudang penyimpanan barang". Semua harus berarti, semua harus berguna dan semua harus rasional. Bagi kami, hidup minimalis sesungguhnya bukan lagi menjadi pilihan, tetapi telah menjadi tuntutan hidup.

Bukan hanya aku. Aku juga perlu "mencuci otak" pasanganku agar memiliki pemahaman yang sama. Ya, kami belajar minimalis bersama. Berproses bersama dalam memilih barang berkualitas, memilih barang multifungsi, belajar mengikhlaskan barang kurang bermanfaat dan membuang barang yang benar-benar tak lagi bermanfaat. Kami juga berpikir masak-masak sebelum memutuskan untuk membeli barang. 

1. Merencanakan Layout Ruangan

Saat memutuskan membeli rumah, aku melayout sendiri seluruh isi ruangan, beserta barang-barangnya. Aku sudah tahu kebutuhan dan kebiasaan bersama pasangan dan menyesuaikan layout sesuai dengan kebutuhan. 

Dari pihak pengembang memang sudah memberikan referensi pengaturan ruangan. Meski begitu, belum tentu sesuai dengan kebutuhan kami, jadi kami perlu menyesuaikan dari beberapa sisi. Kami memperhatikan ruang gerak dan efektivitas ruangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun