Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Benci Pengamen dan Pengemis, tetapi...

29 Oktober 2021   10:19 Diperbarui: 29 Oktober 2021   10:34 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengemis (freepik/freepik)

Saat keponakanku melihat puzzle bergambar kereta api ponakanku langsung bernyanyi "Tut..tut..tut". Kelompok pengamen ini pun langsung ikut menyanyi "Naik kereta api tut..tut..tut..." hingga satu lagu habis. Pandai sekali mereka mengambil hati, batinku.

Kejadian hari itu membuat saya merenung.

Aku membayangkan betapa banyak orang sudah berusaha bekerja, mencari uang dengan cara yang benar, tapi nyatanya tak semudah itu mendapatkan uang. Seperti mereka yang berdagang. Sampai kapan mereka kuat mentalnya melihat sang pengamen dihujani uang, sementara mereka yang berusaha berdagang, tak satu pun pembeli mendatangi mereka.

Perasaan saya bercampur aduk. Antara semakin benci dengan pengamen tersebut atau kasihan juga karena aku pun tak tahu mereka sudah berusaha seperti apa sebelum akhirnya mengamen. Mungkin karena mereka pun masih muda, mereka punya tanggungan yang harus dinafkahi setiap hari.

Para pedagang ini, sampai kapan mereka bersabar? Kalau kepepet, bukan tidak mungkin mereka berakhir dengan cara yang sama.

Mencari pekerjaan tidak mudah. Bahkan yang sudah mengantongi ijazah S1 pun harus bersaing sedemikian keras dengan ribuan pelamar lainnya. Apalagi yang hanya lulusan SMP atau SMA.

Seorang yang saya kenal memiliki ijasah S1 bahkan rela menjadi petugas kebersihan. Dia sudah tidak perduli apa pekerjaannya, yang penting mendapat uang. (Kejadian ini jauh sebelum masa pandemi).

Memang di internet banyak tersebar lowongan pekerjaan, namun banyak pula yang hanya tipuan belaka. Bahkan tega menguras dana sang pelamar kerja, dengan dalih biaya administrasi atau iming-iming lainnya.

Berdagang online pun tidak mudah. Saya sendiri mengalaminya. Dahulu saya sempat memiliki usaha online dan mendapat penghasilan bersih mencapai Rp4-7 juta/bulannya. Ini usaha sampingan yang saya kerjakan setelah saya pulang bekerja. Saya membayangkan kalau saya serius garap pasti bisa lebih dari itu Tapi nyatanya tidak. Persaingan dagang di marketplace saat ini tidak mudah. Bahkan saya justru merugi dan tak balik modal.

Sebuah artikel di koran.tempo.co (8/02/21) menyebutkan bahwa kala masa pandemi covid 19 ini, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta mengeluarkan data bahwa terdapat 453 ribu pekerja sektor formal kehilangan pekerjaan.

Seorang narasumber pada artikel tersebut, yang mengamen dengan kostum Doraemon menyatakan bahwa dia dan istrinya terkena PHK saat pandemi. Dia sempat berjualan makanan namun terus merugi. Modalnya nyaris habis, maka akhirnya dia memilih menjadi pengamen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun