Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hal yang Paling Meresahkan di Apartemen

25 Oktober 2021   17:10 Diperbarui: 26 Oktober 2021   04:04 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wanita sedang berada di apartemen (Sumber: Freepik/diana.grytsku)

Tinggal di apartemen memang sangat menyenangkan. Lokasinya strategis, fasilitasnya lengkap, keamanan terjamin, dan harganya pastinya jauh lebih terjangkau dengan properti berupa rumah tapak di lokasi yang sama. Satu lagi kelebihan tinggal di apartemen, PRIVASI.

Untuk ulasan lengkap tentang tinggal di apartemen bisa dibaca di artikel: Mau Tinggal di Apartemen? Kamu Wajib Tahu Hal Ini Dulu!

Saya pernah tinggal selama lebih dari 3 tahun di sebuah apartemen di selatan Jakarta. Sangat nyaman. Mencari makan mudah, pusat perbelanjaan dekat, ke ATM atau minimarket tinggal turun ke lantai dasar, laundry ada, mau berenang atau olahraga tinggal turun ke bawah. Serasa tinggal di hotel. Saya sangat suka.

Namun ada satu hal yang mengganjal...

Berkaitan dengan privasi, memang tinggal di apartemen bisa dikatakan privasinya sangat terjaga. Anda tidak akan mendapati tetangga unit yang saling bergunjing, pandangan menyelidik ketika Anda membeli barang baru, atau mengomentari Anda ketika Anda harus selalu pulang larut malam. Bahkan, Anda belum tentu mengenal tetangga Anda.

Saya sendiri tidak mengenal satu pun orang yang tinggal satu lantai dengan saya. Hanya beberapa kali bertegur sapa dengan penghuni lain yang sudah sering bertemu di lift.

Tetapi, selang satu tahun tinggal di apartemen, saya sering mendapati pasangan muda mudi yang berkeliaran di sekitar apartemen. Saya yakin usianya masih usia kuliah. Tidak bermaksud ikut campur, tapi jumlahnya cukup banyak dan hampir setiap hari saya temui pasangan yang berbeda. Mereka jelas bukan penghuni.

Ya sudah lah, mungkin mereka kakak beradik. (Ah... masa!)

Pemandangan lain yang saya sering temukan di lift adalah pasangan yang tampaknya baru saja bertemu dan tampak canggung. Usianya beragam. Sang wanita pun berpakaian "unik" dan tidak biasa.  Saya bisa membuat kesimpulan mereka baru bertemu, karena mereka tidak akrab, canggung dan tampak saling mengidentifikasi.

Saya yakin mereka pun bukan penghuni karena saya tidak pernah bertemu dengan mereka di kesempatan lainnya. Sebenarnya cukup mudah mengidentifikasi penghuni di apartemen saya, karena mereka pasti parkir kendaraan di lokasi parkir khusus dengan akses berbayar per bulan. Jadi masuknya dari arah basement.

Sewa Unit Apartemen

Suatu hari, keluarga saya ingin berkunjung ke Jakarta dan ingin menginap di apartemen. Karena unit saya tipe studio, maka saya bermaksud menyewakan mereka unit apartemen di lantai yang sama dengan unit saya.

Maka kemudian saya melakukan survei ke beberapa agen penyewaan unit di ruko di lantai dasar.

Saya     : Mbak, mau sewa unit..
Admin : Harian apa transit?
Saya     : Transit?
Admin : Iya, transit. Ada 3 jam, 6 jam, 12 jam, atau harian. Weekday dan weekend beda harga.

Dia menyodorkan price list.

Wow. Saya benar-benar terkejut. Masalahnya apartemen saya ini tidak berlokasi di dekat terminal, stasiun atau bandara. Untuk urusan apa orang harus transit?!

Sebagai informasi, harga sewa transit ini mulai Rp 50 ribu untuk durasi 3 jam. Bisa disewa dengan bermodalkan KTP. Bisa dibayangkan dengan harga semurah itu, siapa saja bisa menyewanya. 

Sedangkan untuk sewa harian dikenakan biaya Rp 250ribu - Rp 350ribu.

Hotel berbintang saja tidak bisa dijamin selalu mengganti spreinya. Apalagi sewa transit 3 jam-an. Mana sempat?

Saya akhirnya mengurungkan diri menyewa unit apartemen dari agen, dan menghubungi orang yang saya sudah saya kenal, yang menyewakan unit untuk periode bulan-an. Namun dia bersedia menyewakan unitnya hanya untuk beberapa hari saja.

Lapor Pengelola

Saya pernah melaporkan perihal sewa transit ini pada pihak manajemen pengelola apartemen, namun tampaknya tidak ada tindakan khusus. Pesan saya diabaikan.

Memang banyak orang memiliki apartemen hanya sebagai aset. Tidak benar-benar ditinggali, dan hanya menyewakan unit melalui agen. Praktik seperti ini terjadi di banyak apartemen kelas menengah.

Menyewakan unit apartemen dengan sistem bulanan memang tidak mudah, sedangkan untuk sewa harian layaknya hotel, persaingannya berat, karena lokasi apartemen seperti ini biasanya tidak di pusat bisnis atau perkantoran, cenderung agak pinggiran.

Lalu siapa yang bisa menjadi target pasar utama sewanya? Anda pasti bisa menjawab. Ya.. mereka yang membutuhkan SEWA TRANSIT. 

Menyewakan Unit Apartemen

Pada saat membeli apartemen, saya sudah menargetkan hanya akan menghuni apartemen maksimal 5 tahun. Selanjutnya akan saya sewakan melalui agen atau langsung menjualnya.

Setelah saya mengetahui kenyataan bahwa akan ada peluang besar apartemen saya hanya akan digunakan sebagai lokasi praktik tindak asusila, maka saya mengurungkan menyewakan melalui agen.

Saya memilih menyewakannya tanpa perantara dengan sistem pembayaran awal minimal 3 bulan pertama. Karena tanpa perantara, maka saya pun dapat leluasa dalam menyeleksi calon penyewa unit saya.

Tidak mudah, saya harus menunggu setengah tahun untuk akhirnya mendapatkan penyewa unit. Berbeda dengan bila kita menyewakan melalui agen, maka sejak serah terima kunci pun kita langsung dapat menghasilkan uang.

Bagi saya, memiliki aset bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan uang dari aset tersebut. Tetapi juga tentang keberkahan dari uang yang saya dapatkan dari aset tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun