"Makanya jaga kebersihan wajah!"
"Jangan dipegang-pegang nanti tambah banyak!"
"Jangan dipencet nanti membekas!"
"Rajin cuci muka, jangan males!"
"Wajah kamu kok rusak?"
"Jangan dututupi pakai make up. Biarin aja!"
Masih banyak lagi pesan dan komentar orang tentang wajahku yang penuh jerawat. Jerawatku jumlahnya bukan hanya 5, bukan 10, aku pun tak bisa menghitungnya.
Mungkin 5... yang paling besar dan keras seperti gunung yang siap meledak. Lainnya tak terhitung jumlahnya.
Masa Puber
Kala itu aku masih SMP, ketika jerawatku mulai tumbuh. Ibu membelikan sabun khusus wajah yang sedang trend di kalangan remaja. Aku pun rajin mencuci muka 3x sehari. Pagi, pulang sekolah dan sore hari.
Aku juga cukup rajin menggunakan masker wajah sebagai upaya meredakan jerawat. Dari masker jamu hingga masker yang ditawarkan melalui iklan di televisi.
Tetapi semua tidak ada yang bisa mengurangi jumlah jerawat di wajahku. Hingga SMA pun jerawatku masih banyak. Padahal segala produk perawatan wajah sudah kucoba.
Mencoba Klinik Kecantikan
Saat aku masuk kuliah, Ibu mulai membiayaiku untuk perawatan di salah satu klinik kecantikan. Aku melakukan facial seminggu sekali. Di tahun-tahun itu klinik kecantikan sedang sangat menjamur di kota-ku.
Wajahku mulai bersih, dan teman-teman menanyaiku perawatan apa yang kulakukan. Akhirnya mereka pun mengikuti caraku.Â