Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Office Boy, Datang Paling Awal Pulang Paling Akhir

20 Agustus 2021   17:48 Diperbarui: 27 Agustus 2021   08:50 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi OB di Kantor | Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels

Office Boy (OB) adalah salah satu profesi yang sangat penting di setiap kantor.

Bagaimana tidak, mereka datang paling pagi membuka semua ruangan, mempersiapkan ruangan hingga siap digunakan oleh para pegawai, membantu memudahkan kinerja pegawai dengan mengirim berkas, membelikan makanan, menyiapkan ruang rapat, dan pulang paling akhir setelah mebersihkan ruangan.

Di beberapa tempat, OB juga ditugaskan untuk tugas cleaning. Mungkin untuk menekan biaya. Jadi tugasnya juga membersihkan meja, menyapu dan mengepel ruangan, membersihkan kaca dan tugas kebersihan lainnya. Termasuk OB yang ditugaskan di Unit kerjaku.

Dia juga bertugas membersihkan meja dan ruangan, khusus di unit kerjaku. Satu orang OB ini melayani kami yang kurang lebih berjumlah 25-an orang.

Setiap pagi dia membelikan makanan bagi kami-kami yang tidak sempat sarapan di rumah. Kadang-kadang lama, karena permintaan staf macam-macam, apalagi di kantor saya tergolong luas, ada sekitar 6 gedung.

Kadang ada yang minta dibelikan makanan di kantin gedung A, ada yang minta di kantin gedung B ada juga yang minta di PKL di luar kantor, atau menyeberang lagi di PKL kantor sebelah. Pokoknya banyak pilihan tempat makannya.

Itu baru soal sarapan. Belum soal fotokopi, kirim berkas ke gedung sebelah, sebar undangan, makan siang, beli snack rapat dan lain sebagainya.

Kadang kalau OB sedang terlalu banyak permintaan, saya pilih melakukannya sendiri. Baik fotokopi atau mengirim berkas. Saya suka tidak tega, juga biar lebih cepat.

OB yang Sedang Hamil

Ada satu cerita yang tidak akan pernah saya lupakan. OB saya kebetulan perempuan. Dia sedang hamil, dan beberapa hari dia mengeluh kurang enak badan. Saya sering melihatnya berkeringat meski di ruangan full AC. Sesekali dia tidak masuk.

Melihat kondisi ini saya heran dengan staf yang tampaknya tidak peduli dengan kondisi dia yang sedang hamil. Setidaknya kalau cuma fotokopi di ruangan sebelah bisa saja dilakukan sendiri. Tidak sampai 20 meter jaraknya. Atau sekadar menyerahkan berkas ke staf ruangan sebelah. Saya kira hal seperti ini bisa meringankannya.

Saat itu karena tidak tega, jadi saya sering menyebar undangan sendiri. Makan pun pilih turun ke kantin. Atau belinya di tempat yang sama dengan teman yang lain, supaya dia tak harus ke banyak tempat.

Pada suatu rapat evaluasi, akhirnya saya memberanikan diri untuk memberi masukan ke pimpinan, supaya kita sedikit memberikan perhatian pada OB yang sedang hamil ini.

Harapan saya hanya supaya para staf meringankan tugasnya, kalau sekedar antar berkas di lantai yang sama, bisa dilakukan sendiri, dan menitip beli makanan hanya saat jam makan (terkadang suka ada yang membeli cemilan atau lapar lagi diluar jam istirahat). Serta kalau bisa tempatnya sama dengan yang lain, atau setidaknya searah. Jadi dia tidak terlalu banyak berjalan jauh.

Di dalam rapat, saran saya disetujui.

Tapi setelah rapat ada 3 orang protes pada saya. Katanya memang begitulah tugas OB. Juga bahwa hamil itu biasa saja, tak perlu dispesialkan, OB yang lain juga ada yang hamil tetap tugas seperti biasa. 

Mereka juga protes karena tidak bisa bebas memilih makanan dengan bebas karena belum tentu satu selera dengan pegawai yang lain. Uniknya yang protes ini ketiganya wanita. Hehehe...

"Tidak semua hamil itu mudah Bu. Ada kalanya hamilnya rewel, sering pusing, mabuk dan lemas. Ni Mbak OB keringetan terus dan pucet." Jawabku.

Hari berganti, saya lihat beberapa orang masih berperilaku sama. OB saya pun masih sering berkeringat dan pucat. Sesekali aku mengingatkannya untuk banyak minum dan istirahat dulu kalau tidak kuat.

Suatu hari dia tidak masuk."Biar lah saja dia tak masuk. Itu lebih baik daripada memaksakan bekerja seperti ini", batinku. Tapi kemudian ada pesan di grup. Dia mengabarkan bahwa dia mengalami keguguran.

Ya ini kisah nyata. Bukan karangan saya. OB itu mengundurkan diri kemudian. Padahal saya yakin dia masih membutuhkan pekerjaan ini.

OB kami kemudian diganti pria. Kerjaannya sama saja. Bahkan kurasa makin berat. "Tapi tak apa dia kan lelaki." Mungkin itu pikir para pegawai.
Menurut saya kita sebaiknya juga lebih memahami dan memiliki empati kepada para OB. Memang itu tugas mereka, tapi bukan berarti kita bisa menyuruh mereka melakukan apa saja kapan saja.

ilustrasi Office Boy dalam sitkom televisi (Sumber : rcti)
ilustrasi Office Boy dalam sitkom televisi (Sumber : rcti)

Melakukan Hal Kecil Sendiri

Bila OB terlihat masih sibuk, ada baiknya kita lakukan sendiri tugas kecil seperti fotokopi atau menyerahkan berkas ke ruangan sebelah. Selain lebih cepat, hitung-hitung biar kita juga tetap bergerak supaya tubuh tidak kaku duduk seharian.

Dengan menjaga kebersihan serta tertib dalam meletakkan barang juga sudah membantu pekerjaan mereka

Makan di Kantin

Di ruangan seharian kadang membuat jenuh. Sekali-kali makanlah di kantin bersama teman. Bukan hanya ganti suasana, kita juga bisa bersosialisasi dengan pegawai ruangan lain yang jarang kita temui.

Makan di rumah makan dekat kantor juga bisa menjadi pilihan bila bosan dengan suasana di kantor. Jangan lupa kembali tepat waktu ya.

Tidak Menugaskan Hal Pribadi

Ada beberapa staf yang suka meminta tolong untuk hal-hal pribadi. Selain mengganggu OB, ini juga bisa mengganggu pegawai lain bila membutuhkan bantuan OB. Sehingga bijaklah dalam meminta tolong OB untuk urusan pribadi. 

Bila santai boleh saja, tapi lihat situasi dan kondisinya apakah akan mengganggu atau tidak.

Memberikan Perhatian

Pada dasarnya OB sudah mendapatkan gaji namun tidak ada salahnya sesekali kita memberikan perhatian kepadanya. Bisa dalam bentuk uang tip atau sesekali membelikan makanan.

Memberikan perhatian juga bisa dengan memperlakukannya sebagai teman, bercanda atau mengajaknya ngobrol.

Jangan Terlalu Sering Lembur

Di kantorku setiap hari ada saja yang lembur. Aku termasuk yang paling sering. Tapi sejujurnya aku ingin pulang tapi bagaimana lagi kalau pimpinan masih menahan.

Jadi, semoga para pimpinan perhatian agar membatasi jam lembur supaya tidak terlampau larut. Dan hanya lembur jika benar-benar dibutuhkan.

Jangan sampai juga pulang malam hanya untuk main game atau menonton youtube. Hmmm... Padahal para OB baru bisa membersihkan ruangan dan pulang setelah semua pegawai pulang.

***

Itulah sedikit cerita tentang OB, semoga bermanfaat dan semoga kita bisa memperlakukan mereka lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun