Mohon tunggu...
melisa emeraldina
melisa emeraldina Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk Berbagi Pengalaman

"Butuh sebuah keberanian untuk memulai sesuatu, dan butuh jiwa yang kuat untuk menyelesaikannya." - Jessica N.S. Yourko

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Persahabatan Tiga Etnis Berbeda

18 Agustus 2021   13:14 Diperbarui: 18 Agustus 2021   13:28 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Fotoku dan Diana saat sudah kuliah. Hanya ini foto yang tersisa lainnya hilang.

Lain lagi dengan Lili.  Kalau main ke rumah Lili sajiannya Chinese Food. Sejak SMA dia sudah punya jadwal bertugas menunggu toko emas milik ayahnya. Dia bilang dia belajar menimbang emas, membersihkan emas serta transaksi emas. Orang Tionghoa di Kota Solo sangat luwes dan berusaha membaur dengan orang Jawa.

Mereka lebih sering  menggunakan bahasa Jawa. Mungkin juga supaya lebih mudah dalam berjualan, lebih akrab dan ada rasa saling percaya. Bahasa Indonesianya medhok layaknya orang Jawa. Tapi kalau saya, karena sudah terbiasa, jadi bisa membedakan medhoknya orang Jawa asli dan medhoknya orang Tionghoa.

Kami berenam selalu duduk berurutan. Mia dan Ratih duduk bersebelahan, sama-sama  tukang telat. Dan kalau telat tampak tak ada dosa. Jelas duduknya bangku paling depan, dekat pintu masuk. Sedang Maya duduk dengan Diana. Lili dengan aku di belakangnya. Ini sudah menjadi semacam formasi tetap.

Waktu kelas 3 kami juga ada ujian olah raga senam. Kelas kami menyewa seorang koreografer yang juga berprofesi sebagai desainer. Mia yang cantik dan badannya juga tinggi kurus akhirnya mendapat tawaran untuk menjadi model di agensi sang koreografer tersebut. Tidak sia-sia kami menggunakan koreografer ternama, kelas kami mendapat Juara Pertama.

Maya orang Jogja, bergelar Roro. Tapi dia tinggal di Solo bersama budhenya. Rumah budhenya bangunan lama dengan halaman luas. Menulis ini saya jadi kangen dengan rumah itu. Adem sekali suasananya.

Pengalaman unik kami saat itu adalah pada kelas 3 kami sering mendapat tugas kelompok. Jelas kami selalu sekelompok. Kami mengerjakannya di rumah Budhenya Maya atau Lili. Waktu itu tugasnya drama yang direkam dalam betuk video. Kami membuat mini drama ala-ala FTV (Film Televisi). Kalau mengingatnya lucu dan seru sekali.

Pernah juga aku dan Diana menginap di rumah Maya di Jogja saat akan ujian masuk ke UGM. Waktu itu pas dengan kejadian gempa besar di Jogja dan diperkirakan akan terjadi tsunami. Subuh, Diana teriak-teriak diatas kasur. Nyawaku belum sepenuhnya terkumpul. Kupikir kenapa dia heboh sekali main lompat-lompat diatas kasur.

Rupanya gempa. Kami langsung lari berhamburan ke luar rumah. Hampir tiap menit ada gempa susulan kecil. Rumah Maya retak ringan. Namun berjam-jam kami hanya di luar rumah. Tak tahu akan kemana. Akhirnya mama Maya membawa kami semua ke Solo naik mobil, berdempetan. Adik Maya memegang Al Quran sepanjang perjalanan.

Setelah lulus kami jarang main bersama lagi. Hanya sesekali dengan Diana. Mungkin karena saat itu media sosial hanya friendster. Setelah Friendster tak ada, kami hampir saja kehilangan kontak. Lalu Maya dan Lili bertemu lagi lewat Facebook dan Instagram.

Saya sangat bangga dengan persahabatan saya dengan mereka. Kami saling menghargai dan menyayangi. Tanpa sekat tanpa membedakan.

Seandainya ada banyak sekolah yang bisa begini, saya yakin Indonesia tidak akan terkotak-kotak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun