Selain Dalihan Natolu, kami juga mengundang Hatobangon (sesepuh) dan perwakilan marga-marga Mandailing lainnya.
Sebagai salah satu syarat upacara Mangalehen Marga maka juga dilakukan penyembelihan  seekor kerbau untuk melengkapi  upacara adat ini. Selain kerbau, hewan yang juga bisa dipilih adalahkambing atau ayam, sesuai kemampuan.
Kenapa memilih marga "Hasibuan"? Hasibuan adalah Mora keluarga suamiku. Opung dari suami ku menikah dengan keturunan Hasibuan. Ketika Ayah suami menikahi wanita diluar suku maka akan diberi marga sesuai dengan marga Ibunya. Begitupula dengan suamiku.
Pada acara itu, aku didoakan, ditaburi beras kuning, mendengarkan petuah (mangupa) dan diberikan sebuah ulos khas Batak Mandailing.
Horja Batak Mandailing
Prosesi pernikahan adat Batak kami laksanakan setelah prosesi akad nikah dan prosesi pernikahan adat Jawa dilakukan di Solo, Kota kelahiranku. Keluargaku kala itu juga mengadakan prosesi lengkap, mulai dari pemasangan bleketepe,  siraman, dodol dawet, midodareni, hingga  acara utama panggih.
Pada Horja (Pesta Pernikahan) Batak Mandailing kami bersama rombongan keluarga diarak oleh dua orang pencak silat, penari, pembawa tombak dan pembawa payung.Â
Mempelai pria menggunakan penutup kepala yang disebut Happu, sedangkan mempelai wanita bermahkota Bulang Mandailing. Di depan ikat pinggang kami diselipkan sepasang keris berwarna emas.Â
Bukan bunga, di tanganku memegang sebuah keranjang burangir bertuliskan namaku "Melisa Emeraldina Hasibuan".Â