Mohon tunggu...
Melisa Aprina
Melisa Aprina Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Menyukai sinema yang datang dari dunia tanpa limitasi bahasa sebagai salah satu daftar kegemaran utama setelah merangkai cerita, membaca apa yang dihasilkan dari ilmu literatur, dan menilai karya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prani dalam Interaksi, Dinamika Ketidakseimbangan Interaksi Bu Prani terhadap Lingkungan dan Keluarga

13 Agustus 2024   10:28 Diperbarui: 13 Agustus 2024   15:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel 2. Daftar Masalah akibat Rendahnya Keseimbangan Interaksi

SESI 1:

PENGENALAN FILM BUDI PEKERTI

Sebuah tayangan perdana yang menelisik unsur utilisasi media sosial pada era pandemi Covid-19 tahun 2020 yang disirkulasi dengan mengapungnya berita hoaks, aksi misuh di balik layar handphone, kebiasaan memviralkan masalah, sampai pada kultur cancel yang dianggap gebrakan revolusioner. Budi Pekerti mahakarya Wregas Bhanuteja adalah sebuah film panjang mendekati dua jam yang substansinya disusun pada skema kehidupan seorang guru konseling, Bu Prani, yang hidup dilematis terkena dampak dari kultur cancel pada saat juga mencecap problematika rumah. Sebuah film yang memenangkan Santa Barbara International Feature mengimplikasikan bagaimana relevansi Budi Pekerti dengan jalinan interaksi manusia yang memantul pada giringan opini satu sama lain yang kontradiktif; menjadikan manusia lasuh terjerembab dalam iring-iringan opini yang salah.

Budi Pekerti dibintangi Prilly Latuconsina, Angga Yunanda, Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Omar Estheglal, dan lainnya yang memang popular dalam perfilman. Film ini terbuka untuk dinikmati di platform Netflix. 

SESI 2:

RETORIKA FILM BUDI PEKERTI

Film ini dikemas agar peledakan emosi audiens disampaikan fokus kepada rantai negatif penyebaran informasi di media sosial yang memutus kehidupan damai Bu Prani. Sementara Budi Pekerti sendiri substansi filmnya tidak dominan pada aplikasi Budi Pekerti atau sebagai yang didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkah laku, akhlak, perangai serta watak, melainkan seperti kisah beramanat tersirat yang isinya seperti diadisi cermin RE-FLEK-SI yang sampai pada progres dibangun eksponensial di mana apa yang figur lakukan merupakan resapan untuk tidak dilakukan oleh audiens atas nama Budi Pekerti. Secara hemat, Budi Pekerti meneriaki audiens tanpa suara setiap seorang tokoh mengacau kehidupan Bu Prani, 

INI BUKAN BUDI PEKERTI!

Dalam rintik-rintik aspek positif yang ditampung oleh film Budi Pekerti ini, Wregas Bhanuteja sedikitnya meletakan kompleksitas dalam simplisitas pemaknaan Budi Pekerti yang masih melekat pada konsep untuk memerangi kultur viral, hoaks, lasuh tergirirng opini negatif, dan misuh-misuhan. Kerumitan itu terletak pada retorika dari film Budi Pekerti itu sendiri. 

Retorika adalah ilmu yang mempelajari cara bertutur kata di hadapan orang lain dengan sistematis dan logis untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain (Saputra 2006). Dalam Budi Pekerti, Wregas menuturkan kata menjadi sebuah karya visual yang meyakinkan orang bahwa akar permasalahan yang elusif itu adalah kultur dalam penyebaran penggunaan sosial media yang tidak bijak itu sendiri, termasuk subjek eminen seperti Bapak Berbaju Elang, lalu anggota Gaunting Tirta, dan karakter sampingan naratif fundamental seperti para perekam di pasar, murid dan orang tua yang kontra, guru-guru senam yang insensitif, maupun lain sebagainya yang berjalan dalam arah oposisi dari Bu Prani yang dilanda masalah, juga Pak Didit yang turut kontribusi dalam problematika rumah yang terkesan infinit. Kepiawaian Wregas dan tim dalam membungkus Budi Pekerti dalam sebuah keutuhan yang melemparkan audiens perspektif bahwa Bu Prani, Tita, dan Muklas adalah korban yang masalah singularnya adalah H-O-A-K-S. 

Meskipun kebenaran itu ada dan mengisi plot cerita Budi Pekerti, sebuah siluet aktansial yang hilang dalam cerahnya pewarnaan Budi Pekerti adalah dinamika interaksi Bu Prani, Tita, dan Muklas itu sendiri. Bagaimana demikian?

SESI 3

KETEGUHAN BU PRANI: JUJUR ATAU LINGLUNG?

Kejujuran adalah kebajikan yang paling sedikit dihargai oleh orang-orang yang paling membutuhkannya.

Jujur dan linglung tidak bisa berantonim yang definitif. Tentu seseorang dapat jujur sekaligus linglung, maupun linglung menjadi jujur. Karena kondisi jujur dan linglung didefinisikan sedikit berdekatan:

Jujur menurut Mohammad Mustari adalah suatu perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain.

Sementara, linglung didefinisikan secara medis oleh Dokter John M. Grohol adalah kondisi di mana seseorang mengalami kebingungan mental yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kelelahan, atau gangguan kesehatan mental. 

Yang dari definisi, berarti sesi ini tidak memiliki intensi merendahkan masalah Bu Prani maupun mengaburkan pandangan audiens dari seberapa menyebalkannya tokoh-tokoh figuran di sekeliling Bu Prani. Namun, Bu Prani sendiri adalah seorang konselor yang  metode pembinaan mental murid dengan kehidupannya sehari-hari dipaksa menjadi reflektif yaitu keinginan untuk berubah ke arah lebih baik. Yang alhasil Bu Prani tendensius pada keterbukaan kemunculan segmen-segmen kerugian daripada penyelesaian. Sosok Bu Prani adalah didepiksikan sebagai jujur, itu yang penting, di mana secara tindakan dan pikiran adalah seorang yang bahkan tidak terima dan sedia menegur orang yang tidak jujur dalam mengantre. Patokan ini, menjadi selalu jujur ini, membuat Bu Prani menuruni lembah dan memasuki sebuah basin kegigihan ide yang ditunjukkan dalam sifat (yang sesungguhnya positif) tidak mau disalahkan atas kejadian tersebut. Banyak adegan yang apabila terisi kata-kata bahwa Bu Prani tidak seharusnya membesarkan masalah baik saat mengantre dengan saat klarifikasi akan dijotos dengan argumen bahwa yang dilakukan adalah benar dan harus ditegakkan tanpa menghilangkan rasa linglungnya terlebih dahulu; apakah akan ada yang peduli bila ditegakkan dengan tidaknya saat saya terjerembab kotor dalam masalah lagi? Bagaimana dengan kehidupan saya? Jujur saya cukup?

Konektivitas antara keteguhan untuk menjadi jujur dengan kondisi linglung yang dialami Bu Prani secara terus menerus sampai akhir ini sangat memperpanjang masalah Bu Prani dan tidak menyelesaikannya dalam waktu tepat sebelum bibit-bibit bom masalah tumbuh dan meledak. Dalam implementasi kejujuran Bu Prani, banyaknya yang difondasikan oleh linglung, maka banyaknya pula yang berkembang hanya menjadi masalah dan stres yang baru.

Bukan juga dalam makna saya beroposisi dengan kejujuran. Penekanan pada kejujuran dibaluri kelinglungan merupakan argumen utama bahwa Bu Prani bukan menerapkan kejujuran melainkan menegaskan diri untuk tetap bertahan dalam situasi yang tidak memaknai kejujuran murni, apalagi diadhesi kelinglungan. Dalam contoh sederhana adalah keputusan yang diambil Muklas lebih baik daripada apa yang mungkin akan dilaksanakan Bu Prani. Muklas ketika dituduh sebagai anak durhaka karena tidak mengakui orang tuanya mengakhiri dilema kontroversi dengan berbohong bahwa memang dia tidak tahu (meski terkesan membiarkan celah kecurigaan: Apakah tidak berkomunikasi soal Ibu tentang masalah itu? Namun dalam cerita, konflik muklas ini dituntaskan untuk transisi ke badan cerita yang baru).

Apakah itu ibu saya?

Jujur saya tidak tahu. Karena waktu itu videonya kecil, dan Ibu pakai masker. -Muklas, klarifikasi tuduhan menolak mengakui Ibu kandung sendiri demi keselamatan karir. (Budi Pekerti, Netflix)

Meskipun Muklas yang memang awalnya berbohong demi keselamatan karir dan secara progresif jatuh ke lubang blunder, setidaknya jika kita lihat Muklas, secara individu, telah selamat. Karena apa yang dia bohongi sudah diberi klarifikasi yang dapat diterima publik (meski dengan berbohong). 

Namun apabila Muklas mengurusi kasus Ibunya, bersama Tita, maka lingkup keluarga ini adalah dalam dinamika ketidaksimbangan interaksi yang akan dibahas berikut.

SESI 4:

DINAMIKA KETIDAKSEIMBANGAN INTERAKSI KELUARGA BU PRANI

Bu Prani adalah seorang Istri dari Pak Didit yang mengidap bipolar. Gangguan yang dialami oleh suaminya tentu berkontribusi dalam cara komunikasi Bu Prani yang ditekankan tegas namun lembut, cepat namun ada arah. Interaksi antara Bu Prani dengan Pak Didit adalah baik, meskipun bipolar menjadi salah satu barrier respon yang tidak positif dari Pak Didit. Sementara dinamika interaksi Bu Prani sebagai Ibu dari Tita dan Muklas adalah yang menjadikan masalah rumit, selain daripada kekokohan ideologi persilangan kejujuran dan kelinglungan sebelumnya. 

Mari kita bahas,

Dinamika adalah perilaku bertimbal balik yang disertai interdepedensi antar aspek. Dalam kasus ini interaksi dan ketidakseimbangan porsi maupun metode merupakan hal yang akan ditelusuri dalam keluarga Bu Prani, khususnya interaksi antara Bu Prani sendiri sebagai Ibu dengan Tita dan Muklas. John Steward dan D' Angelo (Dalam Edi Harapan dkk,2014 :5) memandang komunikasi antar pribadi berpusat pada kualitas komunikasi yang terjalin dari masing-masing pribadi. Partisipan berhubungan satu sama lain sebagai seorang pribadi yang memiliki keunikan, mampu memilih ,berperasaan, bermanfaat, dan merefleksikan dirinya sendiri dari sebagai objek atau benda.

 Ibu tidak pernah mendengarkanku. -Muklas, saat tahu Ibunya menggungah video klarifikasi pasca dia bersaksi di live bahwa itu bukan Ibunya (Budi Pekerti, Netflix).

Menolak menjadi hakim, namun saya dalam dua jam menonton Budi Pekerti menanggapi satu kalimat Muklas tersebut adalah riil. Muklas di dalam komponen dialog Budi Pekerti tidak pernah dibalas rekomendasinya, kecuali pasca membawa rombongan alumni murid Bu Prani untuk membantu penyelesaian masalah ini. Interaksi Bu Prani dengan Muklas, Tita dengan Muklas bersiklus pada penolakan saran baik secara eksplisit dengan menyampaikan pendapat kontra atau amarah dan secara implisit yaitu melakukan hal di luar saran tanpa notifikasi kepada Muklas. Ketidakseimbangan ini yang membuat persatuan ketiganya dalam menyelesaikan masalah justru menjadikan masalah mereka semakin bubung, bahkan di luar kontrol tokoh antagonis pertama yaitu Bapak Berbaju Elang dan ekosistem penentang dan pemantik lainnya, mereka bertiga mampu kreasikan lubang masalah baru. Selain daripada contoh di atas yang merugikan Muklas, hampir keseluruhan Budi Pekerti adalah dinamika interaksi yang goyang dan ceroboh, disusuni oleh pelaksanaan satu pihak yang impaknya menyambar ketiga (bahkan keempat) sekaligus. 

Tapi kan Mbok Rahayu sudah izinkan. -Tita, membela diri saat kontroversi wawancara merugikana tanpa izin pihak keluarga (Budi Pekerti, Netflix).

Bu Prani bisa lepas dari kejujuran, namun tidak kelinglungan. Wawancara tidak berizin yang tentunya adalah sebuah langkah fatal yang dampaknya menyembur ke keluarga Bu Prani dan Mbok Rahayu sekaligus. Hal tersebut merupakan hasil dari bagaimana interaksi antar keluarga yang diisi pemikiran-pemikiran intrapersonal masing-masing tidak menjalani keseimbangan yang berakhir pada wawancara tanpa izin yang tidak didiskusikan dampak panjangnya. Terlebih dengan Muklas sama sekali tidak diberitahukan mengenai rencana ini namun menjadi yang terkena dampak mental dan fisiknya merupakan wujud bagaimana Bu Prani terlihat condong kepada Tita. 

Mungkin memang kedekatan Ibu dengan anak laki-laki memiliki data yang lebih tinggi daripada kepada anak perempuan. Namun ada kemungkinan pertalian interaksi Bu Prani dengan Tita yang lebih rekat didukung dari hubungan berikut: Hubungan ibu dan anak perempuan merupakan hubungan yang signifikan karena menyajikan suatu mode transmisi mengenai pola kedekatan (closeness), kecocokan (enmeshment), jarak (distance), dan konflik antara satu generasi dengan generasi lainnya dalam keluarga (Bowen dalam Rastogi & Wampler, 1999). Sehingga dalam masalah saling rekomendasi solusi ini, materi logis dari Muklas kemungkinan ditutupi dengan faktor kesamaan cara pandang Tita dengan Bu Prani yang pada akhirnya terjun terus menuju lahirnya kesalahpahaman terhadap satu sama lain maupun lingkungan. 

Di sisi terpojokannya Muklas, ketidakseimbangan itu juga diadaptasi oleh Muklas melalui tindakan anehnya yang memilih untuk menyiram Tita dan Ibunya air bunga di malam hari demi menggaet atensi dan simpati masyarakat agar segera beralih fokus pada pencarian ayahnya yang kabur saat itu. Ini juga merupakan bentuk ketidakstabilan keterbukaan mereka dalam fokusnya interaksi, mengapa melakukan itu? Haruskah melakukan itu? Bagaimana jika saya melakukan itu?

Melihat pola komunikasi dalam keluarga yang benar menurut Cut Fella Athaqy, Fithria, dan Nety Hartaty yang digolongkan tiga yaitu 

  1. Cara atau proses keluarga dalam berkomunikasi, 

  2. Cara agar pesan bisa tersampaikan dalam keluarga dan 

  3. Kualitas komunikasi yang dilakukan dalam keluarga. 

Maka dapat menyambungkan dengan penjelasan sebelumnya yang membahas ketidakmampuan Bu Prani dalam menyampaikan retorika akibat ideologi kegigihan tentang penegakkan kejujuran diselimut kelinglungan merupakan indikasi faktor kacaunya pelaksanaan klarifikasi keluarga Bu Prani. Mulai dari hanya salah paham dan ketidaktepatan timing menjadi membuat satu cabang masalah baru.

SESI 5:

PENUTUP

Maka pada penghujung kritik, patut diakui bahwa Budi Pekerti memiliki lapisan di dalam cerita substansialnya yang dapat digali untuk menemukan elemen-elemen dilematis yang ada di kehidupan seorang guru yang juga berkerluarga. Baik merupakan ulah intrapersonal Bu Prani maupun dari ekosistem masyarakatnya, Bu Prani menjadi simbol pahlawan tanpa tanda jasa yang tanpa (Bu Prani) sadari sudah membantu para audiens untuk mengklasifikasikan perbuatan mana yang merupakan budi pekerti dan yang tidak. 

Bu Prani memang mencabangkan masalah demi masalah dari kesilapan beliau sendiri, kecuali saat menegur antrean Bapak Berbaju Elang, namun betis besinya melangkahi kehidupan destruktif yang terjebak dalam spiral masalah dan keegoisan masyarakat sosial dalam menggunakan internet adalah sebuah inspirasi dan motivasi. Maka kepada siapapun individu yang terkena dampak penyalahgunaan sosial media, yang terseret dalam giringan opini negatif masyarakat, dan yang terjebak dalam spiral tanpa ujung kultur viral; kultur misuh; dan kultur cancel seperti Bu Prani dan keluarga, semoga dapat juga menjadi inspirasi dan keluar, menjauhi kelinglungan.

Tabel 2. Daftar Masalah akibat Rendahnya Keseimbangan Interaksi
Tabel 2. Daftar Masalah akibat Rendahnya Keseimbangan Interaksi

SESI 6:

BAGIAN REFERENSI

I. N. Siti. Gambaran hubungan ibu dan anak perempuan pada perempuan lajang dewasa muda Ince Siti Nurmala. Retrieved August 12, 2024, from https://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-95594.pdf

AGUSTIN ERNA FATMASARI. (2018). DINAMIKA KEDEKATAN HUBUNGAN ORANGTUA-ANAK: PERBEDAAN KEDEKATAN AYAH-IBU DENGAN ANAK LAKI-LAKI DAN ANAK PEREMPUAN TAHAP REMAJA AKHIR PADA KELUARGA JAWA. Ugm.ac.id. https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/60645

Helmy Herlambang. (2023, November 2). Review Film Budi Pekerti (2023). KINCIR.com; KINCIR.com. https://kincir.com/movie/review-film-budi-pekerti-2023/

Budi Pekerti: Pengertian, Ciri, Tujuan, Fungsi, Manfaat, Contoh. (n.d.). Pakdosen.co.id. https://pakdosen.co.id/budi-pekerti/

Youtube

https://youtu.be/YxApfxMJ22Q?si=TnucYaWpZFIZEATz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun